Apa yang menakutkan bagi anak-anak belum tentu bagi orang dewasa. Diangkat dari buku seri anak-anak dengan judul serupa, film Scary Stories to Tell in the Dark tidaklah seseram yang dibayangkan.
Di kota kecil Mill Valley, tiga sekawan Stella (Zoe Colletti), Auggie (Gabriel Rush), dan Chuck (Austin Zajur) berkumpul pada malam Halloween. Mereka bermaksud balas dendam pada Tommy (Austin Abrams) dan kelompoknya yang acap merundung anak-anak lain.
Tidak terima perbuatan mereka, Tommy dan kelompoknya mengejar Stella dan teman-temannya, Ketika bersembunyi di teater mobil, Stella berkenalan dengan Ramon (Michael Garza). Karena saat itu malam Halloween, ia lalu mengajak mereka berempat ke sebuah rumah kosong untuk uji nyali.
Rumah yang konon berhantu itu dulunya milik keluarga Bellow, salah satu keluarga kaya di kota itu. Namun, rumah tersebut kini terbengkalai ditinggal pemiliknya.
Di sebuah ruang tersembunyi di rumah tersebut, Stella menemukan buku yang ditulis oleh Sarah, salah satu putri keluarga Bellow. Buku tersebut berisi kisah-kisah yang menyeramkan. Stella lalu membawa buku tersebut untuk membacanya kemudian.
Belakangan, ia menemukan sebuah kisah yang tampaknya baru ditulis di halaman yang tadinya kosong. Bersamaan dengan itu, satu per satu mereka yang masuk ke dalam rumah keluarga Bellow mengalami kejadian buruk yang menyeramkan.
Dari buku anak
Scary Stories to Tell in the Dark merupakan adaptasi dari buku seri anak-anak karya Alvin Schwartz yang populer pada dekade 1980-an. Berisi kumpulan cerpen horor, serial ini menjadi lebih menyeramkan bagi anak-anak karena gambar-gambar ilustrasi yang dibuat oleh Stephen Gammel.
Gammel membuat visualisasi menyeramkan atas hantu dan monster yang diceritakan Schwartz. Penggemar versi buku mendapati film ini sebagian besar cukup setia pada karya aslinya walau tidak sepenuhnya bisa menggambarkan keseraman karakter yang dibayangkan oleh Gammel.
Kisah adaptasi untuk film digarap oleh sutradara kawakan Guillermo del Toro bersama Patrick Melton dan Marcus Dunstan, yang kemudian dipoles lagi menjadi skenario oleh dua bersaudara Dan dan Kevin Hageman.
Meski bersumber dari kumpulan cerpen, del Toro memilih tidak membuat film antologi, tetapi diadaptasi menjadi satu cerita utuh. Hasilnya terbilang cukup solid sebagai sebuah kisah yang utuh.
Terlepas dari buku, jika Anda belum pernah membacanya, Scary Stories to Tell in the Dark bukanlah film horor yang terlalu menyeramkan. Cukup bisa dimaklumi sebenarnya karena buku aslinya sendiri adalah untuk konsumsi anak-anak.
Jika menyimak trailernya, boleh jadi Anda menduga film ini sangat menyeramkan. Memang, nuansa yang dibangun sejak awal cukup mendukung. Demikian pula, sosok hantu dari manusia pengusir burung seperti tampak pada poster mestinya memiliki potensi untuk menciutkan nyali. Tapi, hasilnya tidak seseram yang diperkirakan.
Hal itu bukan berarti buruk. Scary Stories to Tell in the Dark memiliki jalinan cerita yang kuat dan mengalir lancar. Porsi horornya ditampilkan secukupnya saja. Film ini juga tidak berlebihan dengan teknik mengagetkan (jump scare) yang lazim digunakan dewasa ini.
Film ini lebih fokus untuk membangun cerita seputar misteri yang menyelubungi Sarah ketimbang menakut-nakuti penonton. Jika itu yang diinginkan, bisa dibilang film ini cukup sukses.
Secara keseluruhan, Scary Stories to Tell in the Dark merupakan tontonan yang menghibur dengan kisah yang dapat dinikmati. Namun, jika Anda mengharapkan horor yang menyeramkan, barangkali ini bukan pilihan yang tepat.