Sylvester Stallone boleh jadi sudah berusia lebih dari 70 tahun. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk beraksi. Dalam Rambo: Last Blood, penonton kembali disuguhi berbagai siasat si veteran Perang Vietnam, kali ini menghadapi kartel penjual perempuan dari Meksiko.

Dikisahkan, John Rambo (Sylvester Stallone) menghabiskan hidup masa tuanya di peternakan keluarga di Bowie, Arizona. Kesehariannya diisi dengan menunggang kuda dan membangun terowongan bawah tanah. Sesekali, ia masih menggunakan keahlian mencari jejak dengan menolong otoritas setempat saat terjadi bencana seperti banjir bandang.

rambo menikmati hari pensiunnya

Rambo tidak sendiri. Bersamanya, tinggal seorang teman bernama Maria (Adriana Barraza) dan cucunya, Gabriela (Yvette Monreal). Ibu Gabriela sudah tiada, sedangkan ayahnya pergi entah ke mana. Rambo sudah menganggap Gabriela seperti anaknya sendiri.

Suatu kali, Gabriela mendapat informasi bahwa ayahnya kini menetap di Meksiko. Meski dilarang oleh Rambo dan Maria, Gabriela bersikeras untuk menemui ayahnya. Setelah bertemu, ternyata sambutan ayahnya tidak seperti harapan Gabriela. Dalam keadaan bersedih, Gabriela malah terperangkap oleh kartel penjual perempuan untuk dijadikan pekerja seks komersial.

gabriella terjebak perdagangan wanita meksiko

Mengetahui Gabriela hilang, Rambo pun beraksi. Ia terpaksa mengerahkan seluruh kemampuannya untuk dapat membebaskan Gabriela dari cengkeraman kawanan penjahat yang terorganisasi di tempat yang tidak ia ketahui.

Drama

Ini adalah edisi kelima dari aksi si veteran Perang Vietnam John Rambo. Mungkin karena faktor usia yang membuat porsi aksi di film ini tidak terlalu banyak. Lebih dari separuh film berisi drama tentang kenangan Rambo akan masa lalu dan kegalauan Gabriela tentang orangtuanya.

Penonton yang berharap disuguhi banyak adegan aksi boleh jadi akan merasa bosan. Dan, memang, banyak bagian terasa bertele-tele dan didramatisasi. Sosok Rambo rasanya memang tidak pas untuk film drama.

Berbeda dengan film-film terdahulu yang mengharuskan Rambo berhadapan dengan sepasukan tentara, kali ini ia berhadapan dengan kriminal—walau sama-sama bersenjata lengkap. Sajian utama film ini tetaplah bagaimana bertempur dengan taktik gerilya, seorang diri melawan banyak orang yang bersenjata lengkap. Untuk karakter Rambo yang digambarkan sudah berumur, cara ini memang lebih tepat. Hal ini karena sulit membayangkan seorang kakek berusia kepala tujuh harus bergumul dengan sepasukan kriminal.

Secara keseluruhan, meski porsi aksinya tidak terlalu banyak, film ini masih dapat memuaskan para penggemar setia Rambo. Mereka tetap dapat mengikuti perkembangan karakter Rambo dari film-film terdahulu. Sosok yang mengalami begitu banyak kehilangan orang-orang terdekat dan pernah mengalami siksaan fisik di luar batas kemanusiaan di tengah kecamuk perang. Itu semua membentuk pribadi yang mungkin sulit bergaul tetapi memiliki kesetiaan tanpa pamrih.

Meski selama ini berusaha melupakan masa lalu dan move on dengan kehidupan baru yang berbeda, ternyata ada kalanya situasi justru mengharuskan untuk membangkitkan lagi mimpi buruk itu. Balas dendam mungkin tak dapat mengembalikan orang-orang yang dicintai, tetapi bagi Rambo, itu menjadi cara terbaik untuk mengenang mereka. [ACA]

Sutradara:
Adrian Grunberg

Skenario:
Matthew Cirulnick, Sylvester Stallone

Cerita:
Dan Gordon, Sylvester Stallone; berdasarkan karakter oleh David Morrell

Pemeran:
Sylvester Stallone, Paz Vega, Sergio Peris-Mencheta, Adriana Barraza, Yvette Monreal, Genie Kim, Joaquín Cosío, Oscar Jaenada

Durasi:
89 Menit

Rilisan:
AS

Tayang Perdana:
18 September 2019

Review overview

Overall6

Summary

6Dihantui kehilangan orang-orang terdekat dan trauma penyiksaan saat menjadi tawanan pada masa perang, Rambo sudah berusaha melupakan masa lalu dan move on dengan kehidupan baru. Namun, ada kalanya situasi memaksa untuk membangkitkan lagi mimpi buruk masa lalu untuk membalaskan dendam akan kehilangan orang-orang tercinta. Bagi Rambo, itu menjadi cara terbaik untuk mengenang mereka.