SUMMARY
Conclave bercerita tentang salah satu peristiwa paling rahasia dan kuno di dunia — pemilihan Paus baru. Kardinal Lawrence ditugaskan menjalankan proses rahasia ini setelah kematian tak terduga dari Paus tercinta. Setelah para pemimpin Gereja Katolik yang paling berkuasa berkumpul dari seluruh dunia dan dikurung bersama di aula Vatikan, Lawrence mengungkap jejak rahasia mendalam yang tersisa setelah kematian Paus, rahasia yang dapat mengguncang fondasi sebuah Gereja.
Jenis Film | Drama, thriller |
Produser | Tessa Ross, Juliette Howell, Robert Harris |
Sutradara | Edward Berger |
Skenario | Peter Straughan, Robert Harris |
Pemeran | Ralph Fiennes, Stanley Tucci, John Lithgow, Sergio Castellitto, Isabella Rossellini, Jacek Koman, Lucian Msamati, Bruno Novelli |
Rilisan | FilmNation Entertainment |
- 25 Februari 2025
- 120 Menit
- 13+

Diadaptasi dari novel thriller Robert Harris tahun 2016 dengan judul yang sama, Conclave berpusat pada seorang kardinal Inggris (diperankan oleh Ralph Fiennes) dan kampanye pemilihan Paus baru.
Conclave adalah sebuah thriller politik yang memadukan elemen misteri dengan refleksi spiritual. Film ini tidak hanya menyajikan dinamika pemilihan Paus tetapi juga menyelami tema iman, kekuasaan, dan manipulasi dalam Gereja Katolik.
Film ini menggambarkan Vatikan dengan detail yang mengesankan, mulai dari koridor marmernya hingga kamar-kamar dingin yang menyerupai makam. Para kardinal digambarkan sebagai sosok yang penuh intrik, berbisik di sudut ruangan dan menyusun strategi mereka masing-masing.
Seperti banyak cerita Hollywood yang mengambil latar di Vatikan, Conclave menarik perhatian dengan unsur misteri dan konspirasi. Film ini mengungkapkan bagaimana lembaga yang sangat tertutup dan patriarkal ini menyimpan banyak rahasia dan ambisi tersembunyi.,
Bergulat dengan krisis iman

Ralph Fiennes memberikan penampilan luar biasa sebagai Kardinal Lawrence, seorang pemimpin yang bergulat dengan krisis iman dan tugasnya sebagai penyelenggara konklaf. Tatapan matanya yang suram dan ekspresinya yang penuh beban berhasil menghidupkan karakternya.
Kisah film ini berpusat pada proses pemilihan Paus baru, di mana para kardinal harus dikurung hingga suara bulat tercapai. Di balik tirai demokrasi sakral ini, terdapat persekongkolan dan ambisi politik yang tak terelakkan.
Ketika suara mulai dihitung, berbagai kandidat muncul, masing-masing dengan agenda terselubung. Kardinal Lawrence, yang awalnya hanya berperan sebagai penyelenggara, mulai menarik perhatian sebagai kandidat potensial. Hal ini membuat para pesaingnya khawatir dan berusaha menjegalnya.
Selain persaingan politik, film ini juga mengeksplorasi isu-isu yang lebih luas dalam Gereja Katolik, seperti penyalahgunaan kekuasaan dan reformasi agama. Namun, beberapa sub-plot terasa kurang mendalam dan lebih bersifat personal dibandingkan sebagai kritik institusional.

Edward Berger menampilkan pendekatan visual yang dinamis dalam film ini. Di beberapa adegan, ia menempatkan karakter tepat di tengah frame, mencerminkan keteraturan dan kekakuan Vatikan. Teknik ini juga mengacu pada perspektif seni Renaisans yang khas.
Adegan dalam Kapel Sistina sangat memukau, dengan kamera yang menangkap tatapan tajam para kardinal saat mereka saling mengamati dan menilai satu sama lain. Salah satu momen paling mengesankan adalah ketika Kardinal Lawrence menatap lukisan The Last Judgment karya Michelangelo, yang mencerminkan gejolak batinnya.
Conclave adalah sebuah thriller politik yang cerdas dan menggugah pemikiran, meskipun tidak sepenuhnya sempurna. Film ini mengajak penonton untuk melihat Gereja Katolik tidak hanya sebagai lembaga keagamaan tetapi juga sebagai pusat kekuasaan yang penuh dengan intrik dan kepentingan.
Dengan akting kuat dari Ralph Fiennes dan sinematografi yang menawan, film ini berhasil membangun atmosfer misterius dan penuh ketegangan. Namun, elemen politik dan spiritual yang menarik dalam film ini sedikit terganggu oleh penyelesaian yang kurang memuaskan.
Review overview
Summary
8