Review Film Bad Boys: Ride or Die, Aksi Duet Bandel Pulihkan Nama Baik

Mike dan Marcus tidak percaya karena hingga ajal menjemput, Kapten Howard konsisten membasmi penjahat narkoba. Mereka pun bertekad mengungkap hal yang sebenarnya. Ternyata hal itu membawa mereka masuk perangkap yang kemudian membuat mereka menjadi buronan.

Lebih buruk lagi, dalang di balik sengketa ini menawarkan hadiah bagi siapa saja yang dapat menangkap atau membunuh mereka. Jadi, bukan hanya polisi, para penjahat jalanan dan pemburu hadiah pun turut mengejar Mike dan Marcus. Dapatkah mereka lolos dan mengungkap sang dalang?

Baca juga: Monkey Man, Kisah Balas Dendam yang Amat Niat

Duet unik yang amat padu

Bad Boys: Ride or Die merupakan film keempat dalam waralaba ini dan yang kedua ditangani duet sutradara Adil dan Bilall. Dibandingkan film-film terdahulu yang sekurangnya selang 8 tahun antar film, kali ini hanya butuh 4 tahun.

Meski demikian, sudah terentang nyaris tiga dekade sejak waralaba ini pertama kali keluar pada 1995. Yang jelas, Mike dan Marcus tak lagi muda. Tapi, chemistry antara keduanya kian lekat.

Seperti dituturkan produser Jerry Bruckheimer dalam catatan produksi, “Mereka berdua menikmati apa yang mereka lakukan. Sekarang setelah mereka berada di sisi berlawanan hukum, mereka bahkan lebih menikmatinya, untuk menciptakan lebih banyak kekacauan.”

Tentang hal ini, Lawrence berujar, “Bahkan sekarang, 30 tahun kemudian, kami adalah teman dekat. Bahkan ketika sudah lama kami tidak bertemu, kami tahu kami selalu bisa mengandalkan satu sama lain. Tepat seperti judul film, ride or die.”

Seperti yang sudah-sudah, unsur humor amat kental dan menjadi daya tarik film ini. Dan, hal itu antara lain muncul dari improvisasi saat pengambilan gambar. Tentang hal ini, duet sutradara Adil dan Bilall mengaku amat terbantu dengan padunya Smith dan Lawrence dalam menghadirkan sejumlah momen terlucu dalam film. 

Baca juga: Spiral, Teror Permainan Pembunuhan yang Amat Sadis

“Mereka berimprovisasi saat pembacaan naskah, memunculkan hal-hal lucu yang ditangkap oleh penulis,” kata Adil.

Hal lain yang khas dan menjadi daya tarik film ini adalah setting lokasi Miami. Warna-warna cerah dan arsitektur Art Deco digunakan untuk menciptakan latar belakang yang memukau secara visual untuk aksinya. “Miami adalah karakter dalam film ini, dan ketika Anda pergi ke Miami, Anda hanya melihat warna. Kota ini mencolok, dan kami ingin menangkap energi itu, cita rasa Miami itu,” ujar pengarah kamera Robrecht Heyvaert.