Rabu (24/4/2019) lalu, Avengers: Endgame telah tayang di Indonesia. Hype yang dibangun Marvel sukses menarik antusiasme para penikmat film di Tanah Air. Bayangkan saja, ada yang mau menonton film ini pada pukul 5 pagi di bioskop-bioskop tertentu. Tidak sedikit juga dari mereka yang rela mengambil cuti untuk menonton pada hari pertama. Tetapi, apakah film ini layak untuk ditonton?
Avengers: Endgame merupakan kelanjutan dari film Avengers sebelumnya, yakni Avengers: Infinity War. Dikisahkan, Thanos (Josh Brolin) menganggap dunia ini terlalu penuh sesak dengan kehidupan, sedangkan sumber daya alam terbatas. Ia pun berkehendak melenyapkan separuh makhluk hidup di seluruh alam semesta dengan kekuatan sarung tangan bertabur 6 batu permata Infinity. Dan, hingga film sebelumnya, dia berhasil.
Alam semesta pun kehilangan setengah populasinya, termasuk di Bumi. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tersisa? Berharap ingin mengembalikan semua yang binasa, para Avenger memikirkan cara untuk mengalahkan Thanos dan merebut kembali sarung tangan dan 6 batu permata tersebut.
Pada Endgame, dengan bantuan Captain Marvel (Brie Larson) yang sangat kuat, rencana kelihatannya akan berjalan mulus. Namun, tidak semudah itu, Thanos ternyata memiliki rencana lain setelah melenyapkan setengah makhluk hidup di alam semesta. Di sinilah cerita dimulai.
Secara garis besar, plot di film Avengers: Endgame ini sudah dapat diperkirakan semenjak film Ant-Man and the Wasp (2018). Namun, tetap saja penonton dibuat penasaran dengan apa yang akan terjadi berikutnya.
Harapan
Di film ini, emosi penonton diaduk. Ada kalanya merasa sedih, ada kalanya bergembira, dan tawa karena dibumbui oleh komedi ala MCU (Marvel Cinematic Universe) yang mengundang tawa di tengah cerita.
Saat mulai menonton film ini, penonton masih diliputi kesan yang ditinggalkan oleh Avengers: Infinity War, yakni perasaan galau, sedih, bagaimana caranya move on dari orang-orang yang pergi begitu saja. Namun, kesedihan tidak dibiarkan berlarut-larut. Penonton digugah perlahan oleh sebuah harapan bagaimana semuanya kelak akan baik kembali.
Sebelum harapan itu muncul, penonton sekilas disajikan sebuah realita. Apa yang terjadi pada bumi lima tahun setelah ditinggalkan oleh setengah populasinya? Yang terjadi adalah seperti film-film apocalypse yang membuat kehidupan manusia mundur satu atau dua langkah. Hal itu diwakili oleh adegan patung Liberty yang dikelilingi bangkai kapal atau sebuah lapangan baseball yang dikelilingi oleh mobil-mobil yang ditinggalkan pemiliknya. Dalam durasi singkat, film ini berusaha menggambarkan kemunduran kehidupan manusia.
Pertempuran dramatis
Adegan laga standar Hollywood yang dihadirkan Endgame terkesan biasa-biasa saja karena tidak banyak adegan pukul-memukul seperti film aksi lainnya. Namun, yang spesial adalah satu-satunya adegan tempur yang merupakan bagian klimaks dari film ini, sukses membakar animo penonton yang sudah dirundung perasaan cemas karena harapan yang sudah dibangun sejak awal film akan sirna begitu saja.
Tetapi tidak kali ini, sebuah comeback yang epik dari para Avenger sukses mendulang tepuk tangan dan sorakan penonton. Kemenangan yang dramatis ini, juga tidak serta-merta didapatkan dengan mudah, ada pengorbanan yang begitu besar.
Seperti film Avengers sebelumnya, tidak ada superhero yang overpowered atau terlalu kuat di sini, masing-masing menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa bahkan ada yang terlalu baik sehingga di akhir cerita meninggalkan kesan yang mendalam bagi penonton.
Kesan yang dalam ini, sekaligus membawa pesan untuk para penonton, bahwa cerita tentang Avengers tidak akan berakhir di film ini. Ke depannya, akan bermunculan avenger-avenger muda yang siap meneruskan franchise cerita MCU.
Bagi Anda yang belum menonton film-film MCU sebelumnya dimulai dari Iron Man (2008) hingga Avengers: Infinity War (2018), ada baiknya untuk maraton menonton film-film tersebut. Karena film ini semakin berkesan untuk ditonton bila Anda sudah menyaksikan suka-duka perjuangan para Avenger membangun karier sebagai kelompok penyelamat bumi.