Bayangkan jika di dunia ini tidak ada lagi privasi. Semua yang dilihat oleh mata manusia direkam dan disimpan dalam sebuah jaringan masif yang disebut Ether. Data itu kemudian dapat dipanggil dan disimak lagi di kemudian hari.

Kejahatan pun nyaris punah. Itulah yang diperlihatkan pada adegan-adegan awal film Anon ini. Polisi detektif Sal Frieland (Clive Owen) memecahkan berbagai kasus kriminal hanya dengan duduk diam di kantornya. Ia mendengarkan penuturan para pelapor. Di antaranya seorang perempuan yang kehilangan perhiasan. Dengan mengakses apa yang dilihat oleh si perempuan, Sal dengan mudah mengetahui apa yang terjadi atas perhiasan tersebut.

Demikian pula saat berjalan-jalan di tengah keramaian kota. Dalam penglihatan Sal langsung muncul informasi tentang apa saja yang ada di sekitarnya. Mulai dari nama dan keterangan orang-orang yang lalu-lalang, gedung, papan reklame, kendaraan, hingga hewan peliharaan. Tidak ada yang tidak dapat diketahui Sal.

Masalah muncul ketika terjadi sebuah pembunuhan. Saat mengakses data yang dilihat korban terakhir kali, yang terlihat bukanlah dari sudut pandang korban, melainkan dari sudut pandang si pembunuh. Polisi pun gempar karena Ether yang digadang-gadang begitu aman dan mampu mengatasi semua masalah nyatanya bisa diretas. Padahal, ketergantungan pada Ether sudah demikian tinggi sehingga polisi harus mencari akal untuk menemukan si pembunuh misterius.

Anonim

Tak lama berselang, muncul lagi kasus serupa. Polisi menduga bahwa pembunuhan kedua pun dilakukan oleh orang yang sama. Menilik karakter dan latar belakang korban yang mirip, Sal lalu ditugaskan memancing si pembunuh dengan berpura-pura menjadi mangsa berikutnya. Dengan cara itu, ia bertemu dengan sosok anonim (Amanda Seyfried) yang diduga adalah sang pembunuh. Berhasilkah Sal mengungkap si pembunuh misterius?

Ide yang diangkat film ini cukup menarik. Dengan banyak menampilkan sudut pandang orang pertama, sutradara Andrew Niccol berhasil menggugah penonton untuk membayangkan dan merasakan sebuah dunia tanpa privasi. Semua data tersaji secara otomatis begitu mata melihat. Tak perlu lagi berkenalan, karena kita langsung dapat mengetahui nama, pekerjaan, dan informasi umum tentang orang yang berada di depan kita.

Menjadi menarik pula merenungkan yang dikatakan sosok anonim bahwa ia ingin tidak dikenal, ingin dilupakan. Apa menariknya dunia jika tak ada lagi rahasia?

Hanya, karakter anonim yang diperankan Amanda Seyfried yang mestinya bisa jadi lebih menarik justru kurang mendapat porsi. Film ini lebih banyak berkutat pada karakter Sal. Ia dikisahkan telah bercerai dan dulunya memiliki seorang anak laki-laki yang kemudian tewas akibat kecelakaan lalu-lintas. Namun, hal itu tak terlalu banyak berkontribusi pada plot yang berkisah tentang pencarian pembunuh misterius.

Kisah dalam film ini digambarkan terjadi pada masa yang akan datang. Namun, tidak jelas benar seberapa jauh ke depan periode waktu yang dimaksud.

Yang jelas, tidak ada gambaran suasana yang sangat futuristis seperti gedung-gedung pencakar langit ultra modern atau moda transportasi supercanggih.

Sebaliknya, suasana yang dibangun justru begitu sunyi dan kelabu. Ada beberapa adegan yang mestinya berlangsung di tengah kota, tetapi suasana sekitar justru tampak begitu lengang dan kosong. Tidak jelas juga apakah penduduk masa depan jarang keluar atau memang populasinya sudah sangat berkurang.

Sebagai kisah pembunuhan, film ini sebenarnya bisa jadi menarik. Sayang, alur ceritanya kurang menggigit. Namun, gagasan tentang dunia tanpa privasi dan semua yang dilihat mata akan didokumentasikan sudah cukup menggugah imajinasi. Selebihnya, nikmati saja film ini sebagai salah satu interpretasi atas imajinasi tersebut. [ACA]

 

Sutradara: Andrew Niccol
Skenario: Andrew Niccol
Pemain: Clive Owen, Amanda Seyfried, Colm Feore, Mark O’Brien, Sonya Walger, Joe Pingue, Iddo Goldberg
Rilisan: Inggris
Tayang Perdana: 4 Mei 2018

Foto: Dok. Altitude Film Distribution

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 Mei 2018