Menjadi seorang atasan atau kepala bagian di sebuah kantor memang tidak mudah. Prestise boleh ada, tetapi tanggung jawab yang diemban juga besar. Salah mengambil keputusan bisa berakibat fatal. Belum lagi bila ada sikap tertentu atau kekurangan yang jadi bahan pergunjingan. Ini wajar terjadi di lingkungan kerja.

Masalah lain yang kerap ditemui adalah kurangnya rasa hormat bawahan atau karyawan dan pekerja. Ini bisa dialami oleh karyawan biasa yang diangkat menjadi atasan pada suatu divisi. Lebih-lebih bila usia atasan tergolong masih muda. Rasa hormat karyawan terhadap atasan baru pun bisa minim.

Perlu kerja keras untuk membuktikan diri bahwa seseorang bisa menjadi atasan yang baik. Ya, untuk membuktikan diri pada orang-orang di sekeliling bahwa Anda memang layak menduduki jabatan tinggi adalah dengan cara menunjukkan kinerja yang baik. Usahakan kualitas kinerja melebihi karyawan. Tanpa banyak bicara, kualitas kinerja akan menunjukkan karakter “bos” yang sesungguhnya.

Sikap untuk tidak berhenti belajar merupakan salah satu hal yang penting. Karena usia masih muda, pengalaman menangani masalah perusahaan tentunya tidak sebanyak karyawan senior. Teruslah belajar dengan menanyakan pada karyawan senior mengenai contoh-contoh kasus dan cara mencari jalan keluar.

Jangan ragu bertanya pada manajer atau atasan sebelum Anda. Pengalaman dari orang yang pernah menduduki jabatan yang sama akan membantu Anda dalam menangani masalah yang serupa. Hindari sikap memaksakan pendapat diri sendiri. Berikan ruang bagi karyawan untuk memberikan masukan dan kritik. Kaji setiap masukan dan kritik, kemudian pilah yang terbaik untuk merumuskan keputusan. Barulah sikap tegas Anda terapkan saat keputusan telah bulat.

Biasanya terdapat semacam “jurang samar” antara karyawan dan atasan. Hubungan yang kaku wajar terjadi. Untuk melumerkan kebekuan ini, bersikaplah lebih rendah hati. Meskipun menduduki posisi yang tinggi, jangan ragu untuk menyapa bawahan, karyawan, atau pekerja. Jangan menunggu mereka menyapa, tetapi sapalah mereka terlebih dulu. Meskipun sederhana, efeknya akan terasa beberapa waktu kemudian.

Usai menyapa, tanyakan kabar mereka dan kesibukannya. Tentu saja ini bukan sekadar “kepo”. Tujuannya adalah mengetahui dan memahami kondisi karyawan dan beban kerja mereka. Tidak tertutup kemungkinan Anda nantinya akan menemukan potensi-potensi tersembunyi karyawan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja. Sisi positif lainnya, hubungan antara karyawan dan atasan pun akan lebih baik.

Untuk membentuk tim yang kuat, Anda sebagai atasan pun perlu melibatkan bawahan atau karyawan dalam sejumlah aspek. Misalnya, saat akan mengajukan proposal penawaran ke klien dengan persaingan ketat. Memenangkan penawaran dan menyisihkan perusahaan lain berarti Anda harus menunjukkan kualitas yang unggul. Tanpa tim yang kuat, solid, dan kreatif, Anda akan sukar berhasil. [MIL]

noted: Resep Sederhana Jadi Bos Favorit