Anda pencinta kopi? Jika ya, bagaimana cara Anda menikmati kopi?

Untuk langkah praktis, mudah saja, Anda bisa membeli kopi instan yang banyak dijual dalam kemasan saset. Sobek bungkusnya, tuangkan isinya ke dalam cangkir, tambahkan air panas, kemudian aduk. Selagi panas, Anda bisa menikmatinya sedikit demi sedikit. Aromanya yang khas akan semakin menggoda citaras

Namun, terkadang orang merasa kurang puas hanya dengan menikmati kopi saset. Kopi segar, yang berasal dari biji kopi yang dimasak hingga berwarna gelap, dihancurkan menjadi bubuk, kemudian diseduh, menjadi sesuatu yang mengundang rasa penasaran. Sajian kopi semacam ini tentunya tidak bisa ditemukan dalam kopi instan. Akan tetapi, jika Anda mau melangkah lebih jauh ke luar rumah sekaligus berkumpul atau bersantai dengan teman dekat atau rekan kerja, kafelah yang menjadi tujuannya.

Sudut Ibu Kota

Meskipun demikian, tidak semua kafe menyajikan kopi olahan langsung dari biji kopi. Jika Anda menginginkan kopi dari biji kopi asli, kafe di salah satu sudut Jakarta bisa menjawab hal ini. Kafe tersebut adalah 1/15 atau terkadang ditulis 115 (dilafalkan “one fifteen”) yang bisa menjadi salah satu tempat untuk melepas penat sejenak ketika Anda menginjakkan kaki di Ibu Kota.

Kafe 1/15 ini berlokasi di Gandaria, Jakarta Selatan. Lokasinya memang hampir tidak menarik perhatian. Bahkan, terkadang kafe ini tersamar oleh ramainya mobil para pengunjung kafe. Sepintas, tidak ada yang istimewa dengan 1/15. Gaya interior modern-minimalis, coffee bar, dan meja kasir. Dekorasinya nyaris polos. Namun, penerangan kuning pucat dari lampu-lampu gantung menghadirkan kenyamanan tersendiri pada waktu malam. Meskipun demikian, hampir setiap hari kafe ini dibanjiri pengunjung.

Jam bukanya juga unik, yaitu mulai pada pukul 07.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Menurut Doddy Samsura, seorang barista, ternyata hal ini disengaja untuk “membelokkan mainstream” kafe pada umumnya yang buka dari siang atau sore hingga larut malam. Meskipun jam buka terlihat “tidak wajar”, respons pengunjung terhadap kafe yang berdiri sejak 2012 ini cukup positif. Hal ini seolah menunjukkan bahwa mulai pagi hari sekalipun ada orang Indonesia yang menyempatkan diri untuk menikmati secangkir kopi sebelum memulai aktivitasnya.

Ringan

Jenis kopi yang disajikan di sini beragam, sebagian lokal dan sebagian lagi impor. Namun, metode penyajiannya tetap sama, Anda bisa menyaksikan biji kopi yang dihancurkan kemudian diolah menjadi beragam jenis kopi.

Jika bukan fanatik kopi, Anda bisa memesan cappuccino. Minuman ini sebenarnya tersaji di hampir seluruh kafe di berbagai kota di Indonesia. Lantas, apa istimewanya? Cappuccino khas 1/15 ini terasa lebih pahit. Minuman ini sengaja dibuat tanpa menggunakan banyak gula. Rasa manis yang didapat berasal dari campuran susu dalam cappuccino.

Namun, Anda tidak perlu khawatir, rasa pahitnya tidak melekat. Cappuccino khas 1/15 terasa ringan, kopi tidak terlalu pekat, susu tidak terlalu kental, foam yang tersaji menutup permukaan cangkir pun tidak terlalu banyak.

Pilihan lainnya yang merupakan salah satu minuman istimewa di 1/15 ini adalah Kopi Rojali. Minuman ini merupakan sajian kopi yang terbuat dari biji kopi toraja. Di dalamnya terdapat potongan jeruk limau dan tambahan soda. Ya, soda. Minuman ini memang terlihat tidak biasa karena menggunakan campuran kopi dan soda.

Selain itu, tidak seperti kopi pada umumnya yang disajikan panas dan dingin, Kopi Rojali ini hanya disajikan dingin. Bagaimana rasanya? Anda yang pertama kali mencicipi dan penggemar kopi fanatik mungkin merasa tidak puas. Rasa kopi tidak pekat. Justru rasa jeruk dan soda yang cukup kuat.

Namun, cobalah mengaduknya agar campuran berbagai bahan merata. Paduan rasa asam dari jeruk, sengatan menggigit dari soda, serta rasa khas kopi akan menghadirkan pengalaman menikmati kopi yang tidak terlupa.

“Orang Indonesia jarang menikmati kopi yang berkualitas. Kopi-kopi yang berkualitas justru kebanyakan diekspor. Namun, kafe ini coba menyajikan kopi berkualitas dengan cara berbeda dengan penyajian kopi lainnya,” kata Doddy. [MIL]

foto: Monica Yohari