Seorang anak sibuk mengutak-atik kameranya. Dia sedang mempersiapkan live malam ini. Menyapa teman-temannya di seluruh pelosok negeri. Itu adalah salah satu cuplikan adegan film Petualangan Menangkap Petir karya Kuntz Agus. Setelah film anak lainnya, Kulari Ke Pantai karya Riri Riza sukses di pasaran, Petualangan Menangkap Petir dirilis dengan harapan bisa semakin memberikan warna di ranah film anak Indonesia.
Film ini berkisah tentang seorang anak bernama Sterling. Sterling adalah seorang Youtuber yang sudah memiliki ribuan follower. Ketika tinggal di Hong Kong, Sterling rutin menyapa para follower-nya dengan membuat beragam video. Sterling sangat menyenangi rutinitasnya dan menganggap bahwa follower-nya adalah teman-temannya.
Namun, orangtua Sterling, Mahesa (Darius Sinathrya) dan Beth (Putri Ayudya) memutuskan untuk pindah ke Indonesia. Selama proses perpindahan, Sterling berlibur ke rumah Eyang Kakung (Slamet Rahardjo) di Boyolali. Sterling tidak menyukai ide kepindahannya, apalagi harus tinggal sementara di pedesaan.
Di Boyolali, Sterling berkenalan dengan Gianto atau Jaiyen (Fatih Unru). Jaiyen mengajak Sterling berkeliling desa dan melihat hal-hal baru. Kesempatan ini digunakan Sterling untuk membuat konten baru di kanal Youtube-nya.
Setiap hari, Sterling keluar bersama Jaiyen dan menemukan lebih banyak lagi pengalaman seru. Ia dan Jaiyen kemudian memiliki ide untuk membuat film tentang legenda Ki Ageng Selo. Jaiyen pun mengenalkan Sterling ke lebih banyak temannya. Mereka pun sepakat untuk membuat sebuah film dengan bantuan Arifin (Abimana Aryasatya) dan Kriwil (Ari Keriting).
Kisah tentang mimpi dan persahabatan
Film ini mengangkat tema yang sangat menarik. Pertama, tentang mimpi. Anak-anak, di usia tertentu, mulai belajar menjalin mimpi-mimpi mereka, membayangkan diri menjadi orang hebat di kemudian hari. Pada masa inilah, anak-anak menjadi manusia-manusia kreatif yang tak pernah lelah belajar. Hal ini yang dialami Sterling. Setelah sekian lama dia menggeluti pembuatan vlog, dia menyadari bahwa dia bisa memupuk mimpi yang lebih besar lagi, yaitu membuat sebuah film. Di film ini, digambarkan dengan apik proses Sterling dan Jaiyen dalam mengumpulkan teman-teman yang mau bergabung, sampai meminta bantuan kepada Arifin dan Kriwil untuk mau mengajari mereka cara membuat film.
Keteguhan hati dan pantang menyerah yang ditunjukkan Sterling dan Jaiyen bisa “menulari” anak-anak lain yang mungkin saat ini masih menyimpan mimpinya dan belum berani mengambil langkah besar untuk merealisasikannya.
Film ini juga mengajarkan anak-anak tentang sifat pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. Karena untuk menggapai mimpi, ada banyak hal yang harus dikorbankan dan ada usaha besar yang harus dikeluarkan.
Nilai-nilai persahabatan juga kental digambarkan oleh karakter anak-anak di film ini. Khususnya Sterling yang merupakan representasi sebagian generasi modern yang sibuk berkutat dengan dunia maya. Kesibukan ini membuat kualitas hubungan dengan manusia lain berkurang. Hal ini yang ingin digarisbawahi oleh Kuntz Agus bahwa pertemanan di dunia nyata jauh lebih berarti dibandingkan ribuan likes dan follower.
Film ini dikemas dengan plot yang sangat sederhana dan dimainkan oleh pemain-pemain berkualitas. Bima Azriel, Fatih Unru, Zara Leola membawakan karakter mereka dengan natural. Jika mencari tontonan segar untuk keluarga yang sekaligus mengandung nilai edukasi, tentunya film ini bisa menjadi pilihan yang pas. Karena bagi anak-anak, belajar tak harus melulu melalui buku teks. Media film dengan adegan-adegan menarik pun bisa membantu mereka untuk memaknai hidup lebih baik lagi. [DLN]
Sutradara:
Kuntz Agus
Skenario:
Jujur Prananto, Eddie Cahyono
Pemain:
Bima Azriel, Fatih Unru, Slamet Raharjo, Putri Ayudya, Darius Sinathrya, Abimana Aryasatya, Ari Keriting, Zara Leola
Rilisan:
Indonesia
Tayang Perdana:
30 Agustus
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 5 September 2018.