Oleh Agnes Clarissa Purwoko dari Muenster-Jerman
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta penerima beasiswa International Study and Training Partnership 2023
Berakhirnya musim dingin di Eropa membuka sebuah awalan baru bagi para mahasiswa di kota Muenster, North Rhine-Westphalia, Jerman. Mereka kembali berkuliah dan berinteraksi dengan mahasiswa dari beragam latar belakang. Pada Sommersemester atau tahun ajaran baru musim panas 2023, Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) memberikan beasiswa pertukaran pelajar. Salah satunya kepada tiga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).Program pertukaran tersebut bertajuk International Study and Training Partnership (ISAP). Ini berawal dari 2017, tatkala terbangun kerja sama antara UNY dengan Universität Münster (Universitas Münster) di bawah manajer proyek Prof Juliane Stude dan koordinator didaktik Kordula Schulze.
Sementara, perwakilan mahasiswa UNY berasal dari dua program studi (prodi), yaitu Pendidikan Bahasa Jerman dan Sastra Inggris. Prodi Pendidikan Bahasa Jerman diwakili Balqis Putri El Azzah dan Suhaila Aimana. Sedangkan prodi Sastra Inggris diwakili penulis, Agnes Clarissa Purwoko.
Kegiatan pertukaran pelajar antara UNY dengan Universitas Münster bertujuan untuk membangun kesadaran akan keberagaman dan meningkatkan kemampuan berbahasa. Kesadaran akan suatu proses internasionalisasi dalam lingkup universitas sangat penting, terlebih pada era digital dan globalisasi saat ini.
Prof Juliane Stude pernah mengungkapkan, melalui pertukaran pelajar ini, kami mahasiswa Indonesia, tidak hanya belajar mengenai budaya baru. Namun, juga mengalami proses interaksi dengan orang-orang baru dan mengenal multikuluralisme selama berproses di Universitas Münster.
Kami dari UNY terlibat aktif dalam beragam diskusi mengenai topik keberagaman dan multikulturalisme dalam literasi anak. Kegiatan ini dilakukan setiap dua minggu sekali bersama koordinator didaktik Kordula Schulze, ditambah tiga mahasiswi program pascasarjana yang berasal dari Turki.
Menurut Kordula Schulze, berdiskusi mengenai keberagaman dalam berbagai macam konteks dan latar belakang sangat penting untuk membuka wawasan baru tentang realita yang sedang terjadi di dunia. Selain itu, untuk berpikir kritis tentang bagaimana menghadapi pemikiran konservatif.
Literasi anak di Jerman memuat banyak tema menarik mengenai keberagaman dalam konteks kesetaraan gender, kehidupan sebagai minoritas, keberadaan anak dalam keluarga dengan orangtua yang memiliki gender sama, dan masih banyak lagi. Semua tema ini banyak ditemukan dalam buku bergambar di Jerman guna menekan konflik diskriminasi dalam masyarakat.
Dalam keseharian, kami dari UNY juga aktif mengikuti kelas di Germanistisches Institut (Departemen Jerman) dan Departemen Bahasa Inggris Universitas Münster. Salah satu mata kuliah yang diikuti peserta ISAP, yaitu seminar “Inklusive Sprachvermittlung” oleh Prof Juliane Stude.
Mata kuliah tersebut membahas tentang bagaimana menciptakan ruang belajar inklusif bagi semua murid dengan kebutuhan mereka yang beragam. Terdapat beberapa agenda, antara lain mendalami suatu metode pembelajaran yang pas bagi kebutuhan masing-masing murid. Tugas yang diberikan berupa diskusi dan presentasi mengenai jenis-jenis kebutuhan khusus yang sering dijumpai di kelas sekolah dasar.
Sebagai gambaran, umumnya sekolah di Jerman memberikan fasilitas khusus bagi murid dengan kebutuhan khusus. Namun, dalam praktik sehari-hari terbilang rumit dan dibutuhkan perhatian khusus bagi para murid yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, mata kuliah ini penting bagi para mahasiswa calon guru yang nantinya bekerja di sekolah dasar.
ISAP sendiri bertujuan untuk menjalin hubungan international antar-universitas di luar Jerman dengan salah satu universitas di Jerman. Mahasiswa penerima beasiswa ISAP melakukan sistem transfer kredit maupun persiapan mengikuti program double degree dengan universitas di Jerman. Universitas yang bekerja sama dalam program ISAP dapat saling mengirimkan mahasiswa untuk melaksanakan perkuliahan di luar negara asal.
Tahun lalu, ada dua mahasiswa Universitas Münster yang belajar di UNY dengan program yang sama. UNY pun mendapat kesempatan khusus untuk mengirim tiga mahasiswa per tahun ke Universitas Münster untuk melaksanakan program ISAP. Tujuan penting lainnya dari program ISAP adalah membangun ide dan gagasan baru mengenai isu penting dalam dunia pendidikan di Indonesia dan Jerman.
Kota pelajar dan wisata
Münster adalah kota pelajar yang juga memiliki daya tarik wisata. Kota ini menjadi salah satu rujukan bagi calon mahasiswa dari seluruh dunia. Di sini, para mahasiswa akan mengalami beragam kegiatan dari komunitas internasional, seperti acara barbekyu, kongkow-kongkow ilmiah, dan malam budaya.
Kota ini juga memiliki perpustakaan yang sangat nyaman dan beragam jenis museum yang dapat dikunjungi di pusat kota. Münster juga memeram sejarah menarik tentang perjanjian Peace of Westphalia Treaty yang mengakhiri perang 30 tahun di Eropa (Britannica, 2023).
Münster juga menyimpan sejarah besar dengan Gereja Katolik sehingga kota ini terkenal menjadi salah satu kota di Jerman yang memiliki keyakinan Katolik kuat. Dengan fasilitas, pemandangan, dan daya tarik kota yang menawan, Münster memikat banyak hati para mahasiswa dari seluruh dunia untuk belajar di sini.