Seiring dengan berkembangnya waktu, kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Banyak pengeluaran yang harus dialokasikan demi menunjang pemenuhan kebutuhan hidup. Berbagai pengeluaran perlu dikelola dengan tepat agar tidak terjadi defisit, yaitu pengeluaran yang lebih besar dari pada pendapatan. Defisit menjadi salah satu faktor pemicu seseorang untuk berutang.

Fenomena “gali lubang tutup lubang”

Utang, menurut KBBI, dapat didefinisikan sebagai uang yang dipinjam dari orang lain atau kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima. Beberapa jenis utang juga memiliki bunga yang harus dibayarkan dan akan bertambah seiring waktu.

Sindrom berutang biasanya dipicu oleh dua hal. Pertama, kebiasaan, yaitu muncul dari suatu kondisi awal berutang yang kemudian dilakukan terus-menerus. Fenomena ini bisa juga disebut dengan istilah “gali lubang tutup lubang” atau melunasi utang dengan membuka utang baru lagi.

Kedua, keterpaksaan, yaitu kondisi yang muncul akibat adanya hambatan atau situasi memaksa yang membutuhkan uang lebih dan jalan yang dipilih adalah dengan berutang.

Utang produktif vs utang konsumtif

Saat ini bentuk utang semakin beragam. Namun, berdasarkan pengelolaan dana terdapat dua jenis utang, yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Walau utang sering berkonotasi negatif, nyatanya ada satu jenis utang yang disebut dengan utang produktif. Dicirikan dengan nilai aset yang meningkat serta dapat memberikan penghasilan lebih dari jumlah cicilan utang.

Hal yang dapat ditekankan pada utang produktif adalah mendapatkan manfaat keuangan, contohnya investasi, modal usaha, modal kerja, atau pembelian kebutuhan primer seperti rumah dan kendaraan untuk membantu aktivitas pekerjaan. Dari aktivitas utang ini, konsumen mendapat manfaat lebih seperti peningkatan penghasilan di masa depan, efisiensi tenaga, atau efektivitas waktu.

Kemudian jenis utang yang lebih awam di masyarakat dan cenderung harus dihindari adalah utang konsumtif. Ditandai dengan nilai aset berkurang, bunga yang lebih tinggi, dan barang yang dibeli mengalami penyusutan nilai atau harga. Oleh karena itu, utang konsumtif adalah sejumlah pinjaman yang digunkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang biasanya cenderung kurang penting.

Kontrol keuangan dan utang konsumtif

Agar dapat terhindar dari utang, khususnya jenis utang konsumtif, Anda dapat mulai menerapkan aturan dalam berutang dengan mempertimbangkan tiga aspek berikut.

  1. Rasio utang dengan penghasilan, untuk memastikan rasio utang apakah sesuai dengan jumlah pendapatan yang diterima.
  2. Rasio total utang terhadap total aset, untuk mengukur rasio utang dengan membandingkan antara total utang dengan total aset dan melihat seberapa besar utang berpengaruh terhadap pengelolaan aset.
  3. Rasio penghasilan bersih dengan pembayaran utang, untuk mengukur kemampuan dalam membayar utang secara lancar.

Ketiga aturan tersebut dapat diterapkan dan menjadi pertimbangan ketika ingin berutang. Namun, perlu disadari jika memang harus berutang, maka sebaiknya adalah utang produktif yang memang untuk menunjang kebutuhan dan peningkatan penghasilan di masa depan.

Baca juga: Membangun Usaha Ekonomi dengan Design Thinking