Kekurangan gizi cenderung distigmakan pada orang-orang yang memiliki postur kurus. Sementara itu, orang dengan postur gemuk hampir selalu dianggap kelebihan gizi. Hal ini tidak sepenuhnya benar.

Di Indonesia, kasus kekurangan gizi sudah terlanjur diidentikkan dengan kurang makan. Pandangan ini tidak tepat. Pasalnya, orang kegemukan pun bisa mengalami kurang gizi. Pola makan tinggi lemak dan karbohidrat, seperti mi instan, kue, keripik, nasi, dan biskuit bisa membuat seseorang mengasup banyak kalori tetapi sedikit nutrisi. Jadi, kegemukannya lebih tepat disebut kelebihan kalori dan kekurangan nutrisi.

Mengutip dari National Geographic Indonesia, konsultan bidang penurunan berat badan dan operasi gastrointestinal Sally Norton mengungkapkan, dokter muda sekarang ini mendapat pengetahuan yang minim mengenai nutrisi. Hal ini menyebabkan penyampaian pengetahuan ke masyarakat pun tidak tepat.

Kekurangan gizi di masyarakat modern, lebih lanjut Sally mengatakan, menjamurnya kedai kopi yang membuat minuman mengandung gula tinggi menjadi salah satu penyebabnya. Akibat konsumsi makanan cepat saji pun membuat orang kekurangan protein, vitamin, dan mineral.

Sayangnya, keadaan ini sering tidak disadari. Padahal, kurang gizi pada orang gemuk dalam skala ringan bisa menimbulkan kerontokan rambut, nafsu makan tinggi, dan kelelahan. Banyak orang yang kekurangan vitamin A, C, D, kalsium, dan zat besi, tetapi malah mengonsumsi lemak jenuh, kolesterol, dan sodium.

Oleh karena itu, pola makan yang baik sangat diperlukan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Sejak ratusan tahun lalu, para ahli sudah mengatakan makanan adalah obat terbaik bagi tubuh. Thomas Alva Edison pernah berujar, ada masanya dokter di masa depan tidak lagi bisa mengobati manusia dengan obat, tetapi nutrisi bisa menyembuhkan dan mencegah penyakit. [*/VTO]

noted: orang gemuk juga bisa kekurangan gizi