Singkat, tetapi segera memberi banyak pertanda. Ajakan menyeruput segelas kopi kini menjadi kalimat pembuka untuk berbagai kemungkinan. Mulai dari sekadar merajut kembali persahabatan dengan teman lama, peluang bisnis baru, hingga sebagai ajakan normatif terhadap seseorang yang ingin dijajaki lebih jauh.
Menyeruput kopi dan budaya Indonesia memang sesungguhnya bukan hal baru. Hanya, kini orang menyeruput kopi dengan tataran yang berbeda. Mulai dari desain kedai yang dibuat cantik hasil kreasi para desainer andal, kenyamanan optimal, hingga keberagaman variasi kopi yang ditawarkan. Dalam satu tempat, bisa ditemui beragam jenis kopi dan dari berbagai sumber yang diakui kualitas biji kopinya. Ada kopi impor dari Afrika, Brasil, hingga Sumatera dan Jawa. Semua untuk memenuhi selera setiap orang.
Penikmatnya juga tak kalah beragam. Mengikuti survei dari National Coffee Association di Amerika Serikat, pengunjung kedai kopi didominasi kalangan usia 18-39 tahun. Kondisi ini juga tak berbeda jauh dengan Indonesia, yang menjadi tempat subur bagi tumbuhnya gerai-gerai kopi internasional. Bukan lagi hal asing mahasiswa maupun eksekutif muda melebur dalam satu tempat.
Kehadiran kedai kopi dalam kehidupan urban di Indonesia juga telah dianggap esensial. Bahkan, kehadiran sebuah gerai kopi internasional dijadikan salah satu indikator maju atau tidaknya suatu tempat di sudut-sudut Indonesia.
Menyambangi kedai kopi pun sudah menjadi bagian dari ritual harian bagi sebagian orang.
Namun, mungkin hanya segelintir kelompok yang benar-benar datang ke kedai kopi untuk menikmati olahan biji kopi yang dimiliki kedai tersebut. Yang lebih banyak terjadi, hidangan kopi justru hanya menjadi syarat, yang utama adalah kegiatan yang berlaku di dalamnya.
Ya, fungsi kedai kopi memang berkembang menjadi sebuah pertalian interaksi sosial. Sebagian menjadikannya pelarian untuk bekerja dalam suasana berbeda, area untuk bertemu para para klien, atau sekadar bercengkerama dengan teman sepulang kerja. Sementara ada pula yang sekadar duduk, membaca, dan menikmati suasana.
Kedai kopi memang menjadi semacam etalase potret kehidupan masyarakat di suatu tempat. Mengikuti saran dari seorang pengelana dunia yang aktif, jadikan kedai kopi sebagai titik pemberhentian pertama ketika tiba di tempat baru. Tilik cara bergaul dan proses komunikasi di antara masyarakatnya, gali informasi lebih banyak yang tak ditemui di buku panduan wisata, maka petualangan dan eksplorasi suatu daerah akan semakin lengkap. [ADT]
foto: pixabay