Cahaya temaram menerangi kamar Olivia (9). Dalam tidurnya, Olivia memeluk boneka Teddy Bear biru kesayangannya. Wajahnya tenang. Napasnya teratur. Namun, kemudian tangan kecilnya menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuruni tangga, dengan tidak sadar.

Tidur berjalan atau somnambulisme adalah salah satu gangguan tidur paling berbahaya. Prevalensi orang yang menderita gangguan tidur berjalan 1-15 persen. Anak-anak juga mengalami masalah ini. National Sleep Foundation di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sekitar 1 persen anak usia prasekolah dan 2 persen anak usia sekolah berjalan dalam tidurnya.

Apa yang dilakukan orang dalam fase tidak sadar itu? Jawabannya amat beragam. Menuruni anak tangga, mengambil makanan dari kulkas, menuju ke kamar mandi kemudian mencuci muka, dan sebagainya. Aktivitas-aktivitas itu bahkan kadang membahayakan. Mengutip situs web Health Day, cedera yang terjadi pada orang yang berjalan dalam tidurnya sebanyak 17 persen. Sebagian karena melompat dari jendela, jatuh dari tangga, atau berjalan di atap rumah.

Berdasarkan studi yang dilakukan Dr Yves Dauvilliers, direktur laboratorium tidur di rumah sakit Gui-de-Chauliac di Montpelier, Prancis, penyebab terjadinya tidur sambil berjalan diduga adalah stres, emosi yang kuat, konsumsi alkohol, atau aktivitas fisik yang berat pada sore hari. Mereka yang tidur sambil berjalan cenderung mengalami rasa kantuk sepanjang hari, kelelahan, insomnia, dan depresi. Hal ini berpotensi menurunkan kualitas hidup.

Di antara orang-orang yang mengalami somnambulisme, kasus anomali ditemukan pada Lee Hadwin. Pemuda berusia 27 tahun dari Inggris ini melakukan sesuatu yang produktif dalam fase tidur berjalannya. Ia menciptakan lukisan hitam putih yang impresif dengan pensilnya. Matanya tidak terpejam dalam fase ini, tetapi ia tetap berada dalam ketidaksadaran dan lupa atau hanya memiliki sedikit ingatan soal apa yang dilakukannya pada tengah malam. Sepanjang hidupnya, Lee telah menciptakan lebih dari 200 lukisan dalam tidur. Ini membuatnya dijuluki “sleep artist”.

Tanpa mengesampingkan kemampuan Lee Hadwin dalam fase tidur berjalannya, gangguan ini tetap amat serius dan butuh penanganan. Dr Maurice Ohayon, profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Stanford University mengatakan seseorang harus menghindari penyebab-penyebab tidur berjalan. “Untuk menurunkan stres, misalnya, buatlah jadwal bangun tidur yang tetap dan cukup tidur,” tandasnya. [*/NOV]

foto: shutterstock