Di dalam semangkuk makanan terkandung banyak kisah menarik. Mulai dari kejayaan masa lalu, harmonisasi sosial, ekologi, hingga perubahan dalam masyarakat. Bahkan, dari semangkuk makanan, kita dapat menunjukkan identitas budaya. Begitu besarnya pengaruh makanan sehingga dapat memperkaya jati diri bangsa Indonesia.

Terangkum dalam kuliner Nusantara, generasi demi generasi secara tidak langsung diharapkan dapat terus melestarikannya. Makna yang begitu dalam sebagai kekayaan Indonesia antara lain diabadikan Kompas pada 2013 melalui artikel berseri bertajuk “Jelajah Kuliner Nusantara”.

Terdiri atas 1.340 suku, Nusantara memiliki keistimewaan kuliner yang unik dengan kekhasannya masing-masing. Mulai cara pengolahan, bahan baku yang digunakan, bahkan hingga tujuan makanan itu dimasak. Contohnya, sayur besan khas Betawi.

Kuah sayur besan mirip lontong sayur, tetapi tanpa lontong ataupun ketupat. Isi sayur ini adalah terubuk, kentang, soun, petai, dan ebi. Terubuk atau telur tebu sejenis sayur-sayuran mirip tebu yang sudah langka. Disebut sayur besan karena biasanya memang terhidang saat acara kawinan menjamu keluarga mantu.

 

Kuliner Nusantara di hotel berbintang

Sayangnya, kekayaan kuliner Nusantara kini sering dianggap sebagai hal yang biasa. Bahkan, ada pula kuliner Nusantara yang mulai terlupakan. Faktor lain adalah pembuatnya semakin sedikit, pangsa pasarnya pun semakin terbatas. Padahal, peminatnya masih ada.

Parador Hotels & Resorts termasuk menyadari betul bahwa kuliner Nusantara sudah seharusnya menjadi menu andalan dan utama karena memiliki peranan penting dalam pencitraan Indonesia. Bekerja sama dengan Bondan Winarno, salah satu tokoh yang terkenal akan komitmen dan konsistensinya sebagai pencinta kuliner Nusantara, Parador bertekad memopulerkan kembali makanan khas daerah lokal yang semakin menghilang dari peredaran kekayaan kuliner Nusantara.

Tekad ini dimulai dari Atria Hotel Gading Serpong yang menyajikan menu makanan traditional khas daerah Tangerang dan menjadikannya menu andalan bagi para pengunjung yang datang baik lokal maupun tamu mancanegara. Selama ini mereka telah merasakan bahwa menu tradisional ternyata dicari dan diapresiasi oleh para tamu yang menginap.

“Hanya, sering kali informasi terkait menu kuliner Nusantara sangat minim diberikan. Jangankan tamu mancanegara, tamu lokal pun sering kali tidak mengenal menu kuliner Nusantara yang disajikan,” terang Corporate Executive Chef Parador Hotels & Resorts Gatot Susanto.

Kenyataan tersebut diamini Bondan Winarno. Agar tak sekadar menyajikan, bermula dari yang membuatnya terlebih dahulu harus tahu betul tentang masakan yang akan mereka buat dan cara memasaknya. Setelah itu dikuasai, mereka bisa menjelaskannya kepada para tamu yang datang.

“Selama kurang lebih enam bulan, saya dan tim koki Atria Hotel Gading Serpong melakukan riset dan mengeksplor ragam kuliner khas Tangerang di beberapa tempat yang tak jauh dari lokasi Hotel Atria. Kemudian, kami pelajari bersama keistimewaan yang dimiliki dalam kuliner khas Tangerang. Misalnya, pada menu laksa, laksa benteng berbeda dengan laksa bogor dan laksa-laksa lainnya. Laksa tangerang rasa gurihnya didapat dari taburan ebi yang dihaluskan,” ujar Bondan.

Bukan hanya laksa yang dihadirkan sebagai menu di restoran Atria Hotel Gading Serpong, tetapi juga terdapat ceng cuan ikan samge, bubur benteng, nasi ulam, ketupat sayur, dan asinan sayur.

“Kami menghadirkan menu tradisional untuk para pengunjung yang ingin mencicipi masakan khas Tangerang dengan tujuan mengangkat kembali menu Nusantara ke dalam hotel berbintang. Dengan tidak menghilangkan keaslian dan rasa yang seharusnya,” tutup Chef Gatot. [ACH]

FOTO-FOTO DOK KOMPAS IKLAN/ACHDIYATI SUMI.

noted: Menumbuhkan Minat Terhadap Kuliner Nusantara