Mulai berkenalan dengan dunia fotografi sejak di bangku sekolah telah membawa Budi Respati (28) menjadi seorang fotografer yang sebenarnya. Namun, lulusan Jurnalistik Universitas Padjadjaran ini bukanlah seorang jurnalis foto atau fotografer model. Budi memilih menjadi fotografer komersial.
“Persaingan di jalur fotografi komersial, menurut saya, masih sangat luas dan pemainnya masih sedikit di Indonesia. Sebut saja beberapa nama Sam Nugroho, Anton Ismael, Heret dan Hengky, atau Nicoline Patricia. Lagi pula regenerasinya cukup cepat,” ujarnya.
Fotografer komersial sendiri adalah fotografer yang menghasilkan karya untuk kebutuhan komersial klien, baik perseorangan maupun perusahaan. Hak cipta karya juga akan dimiliki oleh klien. Misalnya, sebuah perusahaan menggunakan karya Budi untuk dijadikan company profile, spanduk, atau katalog. “Istilahnya, beli putus,” ujar pria pencinta kopi ini.
Kini, bersama saudaranya, Arief Noerhidayat, Budi mendirikan perusahaan spesialis fotografi komersial bernama Comes To Arra yang berpusat di Bandung, Jawa Barat. Awalnya, perusahaannya lebih banyak melayani foto pernikahan. Setelah 5 tahun berjalan sejak 2009, perusahaannya kini lebih banyak melayani korporasi level nasional maupun internasional.
Modal utama untuk menjadi fotografer komersial, menurut Budi, memiliki skill fotografi yang baik. Selanjutnya, skill memahami kebutuhan klien untuk diproses menjadi hasil visual. Budi bercerita, dia pernah harus melakukan pemotretan untuk sebuah perusahaan kargo besar asal Finlandia di laut. Ini menjadi tantangan tersendiri karena seluruh kegiatan perkapalan di tempat tersebut harus ditangkap dengan lensanya.
“Dibutuhkan sebuah kreativitas, karena itu yang membedakan satu fotografer dengan fotografer lain. Kalau dilihat, banyak hasil foto yang sebenarnya gampang ditiru, tetapi idenya tidak terpikirkan. Ide yang membuatnya mahal. Jika ide unik dan biaya pembuatannya mahal, kita tetap tidak akan sulit mencari klien,” ujarnya.
Hal terakhir yang harus dimiliki seorang fotografer komersial adalah kemampuan presentasi. Ini yang paling membedakan fotografer komersial dengan fotografer lain, menurut Budi. Proses meyakinkan klien dengan konsep unik tidak mudah dilakukan sehingga fotografer komersial harus memiliki kemampuan pitching di depan klien.
“Ke depannya, profesi fotografer komersial ini akan semakin ketat karena regenerasinya semakin cepat . Dengan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Indonesia, kebutuhan foto komersial pasti semakin banyak. Jadi, menurut saya, profesi ini layak dijadikan profesi tetap,” pungkas pria yang setia memelihara kumis sejak SMA ini. [VTO]
foto: comes to arra