Saat ini, udara bersih bukan lagi sesuatu yang bisa dianggap remeh. Dengan polusi yang terus meningkat, Indonesia bahkan masuk dalam daftar 15 negara dengan kualitas udara terburuk di dunia menurut laporan IQAir 2024. Dalam konteks ini, inisiatif nyata untuk menekan emisi dan memulihkan kualitas lingkungan menjadi sangat mendesak.
Namun di tengah tantangan tersebut, sejumlah pelaku industri di Indonesia telah mulai menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan. Salah satu pendekatan menarik datang dari sektor manufaktur makanan, yang mengintegrasikan prinsip keberlanjutan tidak hanya dalam rantai produksinya, tetapi juga melalui kolaborasi lintas sektor dan edukasi masyarakat.
Di kawasan Mojokerto dan Karawang, dua fasilitas produksi telah melakukan langkah signifikan dengan menghapus penggunaan batu bara sebagai bahan bakar boiler dan menggantinya dengan bio-massa dari limbah pertanian—sebuah transisi yang berdampak besar terhadap pengurangan emisi karbon. Selain itu, penerapan panel surya dan pemanfaatan Renewable Energy Certificate (REC) turut memperkuat posisi perusahaan tersebut sebagai pelaku bisnis yang tidak hanya memikirkan profit, tetapi juga kelangsungan bumi.
“Hingga akhir tahun fiskal 2024, langkah-langkah ini telah berhasil menurunkan emisi karbon lebih dari 90 ribu ton,” ujar salah satu perwakilan perusahaan.
Tak hanya fokus pada energi, pengurangan sampah plastik juga menjadi bagian dari strategi hijau yang dijalankan. Beberapa merek bumbu masakan yang akrab di dapur masyarakat kini sudah mulai beralih ke kemasan ramah lingkungan, seperti kemasan kertas atau mono-material yang lebih mudah didaur ulang. Tak berhenti di situ, mereka juga bekerja sama dengan UMKM, bank sampah, dan startup pengelola sampah untuk membangun ekosistem sirkular di lingkungan sekitar.
Apa yang mereka sebut sebagai pendekatan bio-cycle—yakni mengolah hasil samping produksi menjadi produk bermanfaat seperti pupuk tanaman dan pakan ternak—menunjukkan bahwa bahkan limbah pun bisa menjadi solusi.
Sebagai bagian dari inisiatif “Health Provider”, pendekatan ini bukan hanya tentang menjaga bumi tetap lestari, tetapi juga memperpanjang kualitas hidup masyarakat melalui produk dan sistem produksi yang lebih sehat dan bertanggung jawab.
Salah satu nama yang berada di balik inisiatif ini adalah Ajinomoto, perusahaan yang selama puluhan tahun dikenal lewat produk-produk dapur, kini menunjukkan wajah baru sebagai pelopor dalam praktik industri berkelanjutan.
Momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap Juni menjadi pengingat bahwa setiap individu maupun institusi punya peran dalam menjaga kualitas udara dan bumi tempat kita tinggal. Mulai dari memilah sampah, menggunakan energi terbarukan, hingga memilih produk dengan nilai keberlanjutan—semua langkah kecil bisa berdampak besar bila dilakukan bersama.
Karena pada akhirnya, menjaga lingkungan bukanlah tugas satu pihak, tapi gerakan kolektif yang melibatkan kita semua. Dan jika industri besar saja bisa melakukannya, kenapa kita tidak?