“Jika tanganmu selalu berada di dalam saku, maka kau tidak akan pernah berjabat dengan orang lain.” Duo penulis yang lekat dengan dunia kerelawanan, Azim Jamal dan Harvey McKinnon, mengingatkan, setiap orang dapat berbagi dengan banyak cara. Uang bukan semata-mata jadi jalan utama.

Jamak orang begitu ragu berbagi dengan sesama karena kemampuan finansial yang belum matang. Kegiatan berbagi dianggap akan membuat diri berkekurangan. Tanpa disadari, berbagi dengan hati justru akan memberikan dampak besar. Sang penerima mampu merasakan ketulusan. Ada koneksi yang mendalam antara si pemberi dan penerima.

Ketika seseorang memberikan harta berupa materi, cenderung memberikan dampak dalam waktu singkat. Sebaliknya, seseorang yang memberikan diri sendiri kepada orang lain akan memberikan dampak yang berkelanjutan. Kebaikan bisa berdampak pada waktu panjang.

Lalu, apakah begitu muluk untuk berbagi tanpa mengandalkan kemampuan finansial? Tentu saja tidak. Siapa pun dapat berbagi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sama halnya dengan 427 relawan yang terlibat dalam Kelas Inspirasi Yogyakarta (KIY) 2016 pada awal Februari. Mereka terdiri atas 90 relawan penyelenggara, 90 relawan dokumentator, dan 247 relawan pengajar. Jumlah total relawan telah diseleksi dari sekitar 1.000 pendaftar.

KIY mengajak para relawan pengajar yang memiliki beragam profesi dan domisili, baik area DI Yogyakarta maupun luar Yogya. Mereka bersedia meluangkan waktu sehari dan menuai tugas menjadi guru. Terdapat 24 sekolah dasar di 5 kabupaten/kota DI Yogyakarta yang jadi sasaran pada tahun ini.

Jumlah sekolah tahun ini berkurang dari KIY 2015 yang menyasar 25 sekolah. Namun, jumlah pendaftar meningkat. Pembeda lainnya, adanya tema yang baru kali ini diusung. “Kelas Inspirasi Yogyakarta di Negeri Serba Ada” menjadi tema yang dipilih dalam rangka memberikan warna kebhinekaan yang dimiliki Indonesia, beragam potensinya, tetapi beragam pula masalah dan tantangan. Hal ini memengaruhi faktor pemilihan sekolah selain berdasarkan aspek marjinal. Sekolah dipilih berdasarkan kedekatan lokasi atau memiliki pengaruh dengan pasar. Di sanalah tempat terjadinya interaksi ekonomi, sosial, dan budaya.

“Sebenarnya, belum ada tolok ukur keberhasilan. Namun, hal yang menjadi perhatian adalah sisi keberlanjutan. Kami ingin terus menjaga sifat kerelawanan teman-teman yang telah terlibat. Biasanya setelah inspirasi, kedekatan terjadi hanya di dalam kelompok relawan. Sekolahnya justru ditinggalkan. Para relawan diharapkan bisa datang lagi ke sekolah,” ujar Koordinator Umum KIY 2016 Karina Bunga Hati usai acara KIY Selebrasi di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Minggu (7/2).

Ajakan kembali ke sekolah juga menjadi perhatian salah satu relawan pengajar asal Yogyakarta, Derarika Ensta Jesse (28). Perempuan yang berprofesi sebagai sekretaris di institusi pendidikan ini berkesempatan mengajar di SD Negeri Karangsari. Meski baru pertama kali terlibat dalam kegiatan Kelas Inspirasi, pengalaman yang dirasakan begitu menyenangkan. Bersama teman-teman kelompok, ia pun bersedia terus bersilaturahim dengan pihak sekolah. Memberikan kontribusi yang berkelanjutan.

11

Tak jauh berbeda pula dengan relawan asal Palembang, Adi Nugraha Zain (23). Mendapat penempatan di SD Negeri Srumbung, Bantul, ia bercerita tentang profesi teknik sipil (civil engineering) di depan siswa kelas 1, 3, dan 5 SD. Lengkap dengan alat peraga berupa dokumentasi dan pakaian dinas.

“Kelas Inspirasi memang mengajak relawan cuti satu hari, menginspirasi selamanya. Tapi, makna satu hari itu dijadikan sebagai pintu gerbang. Setelah Hari Inspirasi, ada rencana tindakan-tindakan berikutnya. Di SD penempatan, kami berencana mengadakan penggalangan buku untuk perpustakaan sekolah. Kelompok melakukan survei kembali agar segalanya lebih matang,” tutur Adi yang sebelumnya juga terlibat dalam Kelas Inspirasi Palembang dan Kelas Inspirasi Musi Banyuasin.

Kegiatan kerelawanan bukanlah sebuah seremonial. Ada aksi berkelanjutan yang menjadi perhatian. Karina kembali mengingatkan, “Hari Inspirasi bukan ‘hore-hore’, riuh di media sosial. Relawan itu bekerja dengan hati. Sebenarnya, tidak mudah. Tapi, kita akan merasa senang saat melihat orang lain ikut senang karena kita. Luar biasa rasanya,” katanya.

Apabila benar-benar berasal dari hati, apakah kesediaan untuk berbagi justru berhenti begitu saja? [GPW]

noted: Menjadi Relawan, Berikan Perhatian Berkelanjutan