Kerap terjadi perdebatan di kalangan para pencinta alam dan budaya seiring tingginya industri pariwisata di Indonesia. Tak bisa dimungkiri, dunia berlibur memberi dampak positif maupun negatif pada suatu destinasi. Meski di satu sisi membuka potensi ekonomi baru bagi masyarakat setempat, tingginya arus pendatang juga turut mengubah wajah asli sebuah destinasi.

Bahkan, beberapa penjelajah aktif kini sengaja menutup mulut rapat-rapat hasil temuan destinasi terbarunya. Tak lain agar tak banyak orang mengetahuinya sehingga kelestarian dan keindahan lokasi bisa terus terjaga. Lingkungan tidak tercemar, biota laut tetap aman, dan masyarakat tidak terkontaminasi.

Itu sebabnya kini kampanye menjadi pejalan bertanggung jawab terus didengungkan. Dengan kata lain, tidak lupa untuk memperhatikan dampak positif yang bisa diberikan pada masyarakat lokal dan lingkungan mereka. Apa saja yang bisa dilakukan?

Pertama, menggunakan pemandu lokal. Selain memberi kontribusi pada pendapatan masyarakat setempat, dengan pemandu lokal Anda bisa mendapat informasi lebih detail mengenai kehidupan dan budaya masyarakat setempat, dan lokasi secara keseluruhan. Kedua, gali informasi mendalam mengenai budaya dan nilai kehidupan yang dianut masyarakat setempat. Hal ini menjadi pedoman saat bergaul dengan warga lokal maupun cara berpakaian. Ketiga, ikut lestarikan kondisi alam. Kala mengunjungi suatu tempat,  biasanya pemandu akan menginformasikan jika ada peraturan yang harus ditaati. Misalnya, tidak mengangkat ubur-ubur dan tidak menggunakan loison tabir surya saat berenang di Danau  Kakaban, Kalimantan Timur. Hal tersebut dapat mengganggu kehidupan ubur-ubur tanpa sengat yang menjadi daya magnet Kakaban, bahkan mengurangi populasinya. Usahakan pula untuk tidak sembarang memberi makan pada binatang yang Anda temui di hutan, laut, ataupun danau. Selalu ikuti instruksi pemandu. Keempat, beli suvenir yang aman. Tentu, Anda ingin membawa pulang tanda mata dari tempat perjalanan. Namun, hindari membeli produk yang terbuat dari spesies  langka, seperti penyu, kerang, atau bahkan terumbu  karang. Termasuk jangan membeli benda-benda kuno dan yang terbuat dari kayu yang dilindungi. Salah satu faktor penyebab semakin habisnya hewan-hewan laut, terumbu karang, maupun kayu di suatu daerah tak lain karena dijadikan sebagai  komodifikasi yang mendatangkan untung. [ADT]

foto: shutterstock