Sepanjang 2014, pasar piringan hitam tumbuh kembali. Banyak band meluncurkan karya lama atau barunya dalam bentuk piringan hitam. Hal inilah yang mendasari berdirinya Nirmana Records asal Yogyakarta. Label rekaman ini fokus untuk mendokumentasikan karya musik berkualitas dari Yogyakarta dalam format piringan hitam.

Piringan hitam itu nantinya juga akan dikemas secara eksklusif dengan nilai visual artistik yang apik. Mengutip dari Tribunnews.com, Nirmana Records akan fokus untuk merilis ulang album rekaman musik yang memiliki karakter unik dan berpengaruh pada fase pertama. Selanjutnya, sistem kuratorial akan digunakan untuk menghasilkan rekaman musik yang memiliki paduan karya seni suara dan rupa yang memiliki nilai sejarah, sosial, dan budaya.

Nirmana Records sendiri didirikan oleh beberapa orang yang memang berkecimpung dalam bidang musik di Yogyakarta. Sebut saja Uji Hahan (seniman yang juga aktif di musik independen), Uma Gumma (produser musik yang aktif di Soundboutique dan Ace House Collective), Adi Adriandi (manajer band yang aktif di Kongsi Jahat Syndicate), dan Wok the Rock (seniman yang aktif di Ruang MES 56 dan netlabel Yes No Wave Music).

Masih mengutip dari Tribunnews.com, Uji mengatakan, piringan hitam memiliki kualitas rekaman terbaik dibanding media lainnya karena memiliki tingkat detail dan kejernihan yang tinggi. Selain itu, piringan hitam tidak terkompresi terlalu banyak seperti CD dan kaset. [*/VTO]

noted: menghidupkan kembali piringan hitam

foto: gigsplay.com