Dalam setiap interaksi yang dibangun, potensi gesekan konflik dapat selalu muncul menjadi bumbu pendamping dalam hubungan. Hal yang paling dasar untuk memicu terjadi konflik salah satunya adalah kesalahpahaman. Walau terkesan sepele, salah paham dapat menjadi efek domino bagi masalah-masalah besar yang terjadi dalam kehidupan, termasuk dalam interaksi keluarga.

Keluarga terdiri atas orang-orang yang terdekat dalam hidup kita. Dalam konteks secara struktural, keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Seluruhnya saling berinteraksi dan menjadi orang-orang yang paling sering ditemui atau menghabiskan waktu bersama dalam keseharian.

Dengan intensitas interaksi yang begitu tinggi, potensi konfik yang terjadi juga sama tingginya. Konflik dalam sistem keluarga tidak selalu buruk, karena pada hakikatnya ketika dapat diselesaikan dengan baik maka dapat meningkatkan kualitas hubungan antar anggota keluarga.

Penyebab Konflik Keluarga

Dalam isu keluarga, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya konflik, berikut di antaranya.

  1. Personal issues atau masalah pribadi anggota keluarga.
  2. Family demand atau kebutuhan keluarga baik dari segi terjadinya peningkatan atau cara pemenuhannya.
  3. Long working hours atau durasi pekerjaan salah satu atau beberapa anggota keluarga yang cukup sibuk sehingga meminimalisasi kesempatan keluarga menghabiskan waktunya bersama.
  4. Individual perceptions atau persepsi pribadi dari anggota keluarga terhadap suatu hal yang dapat berupa persepsi negatif sehingga memicu ketidaksetujuan dan konflik.
  5. Lack of support atau kurangnya dukungan antar-anggota keluarga kepada satu sama lain dalam suka maupun duka.

Cara Mengatasi Konflik Keluarga

Kelima faktor penyebab tersebut dapat dihindari atau diminimalisasi potensi terjadinya dengan mengelola berbagai perbedaan yang timbul dan menghadirkan family rules atau aturan dalam keluarga saat mengelola konflik. Family rules dalam mengatasi konflik ini dirumuskan oleh Jones & Gallois pada 1989 yang terdiri atas 4 aturan berikut ini.

  1. Rules governing consideration: aturan untuk tidak meremehkan, menyalahkan secara tidak adil, dan membuat orang lain merasa bersalah.
  2. Rules foverning rationality: aturan untuk tidak meninggikan suara, saling memancing emosi dan membuat marah, serta tidak berperilaku agresif.
  3. Rules governing self reflection: fokus pada masalah yang seharusnya diselesaikan, saling jujur dan terbuka, serta tidak melebih-lebihkan kondisi dan situasi yang menjadi konflik.
  4. Rules governing conflict resolution: resolusi untuk membuat keputusan bersama, memberikan argumentasi atas pandangan yang diberikan, dan mencari alternatif-alternatif lain yang dapat mendukung penyelesaian konflik dan masalah yang dihadapi.

Empat kunci dalam aturan keluarga ini akan efektif dalam mengelola konflik ketika dipraktikkan dengan benar dan dilandasi oleh saling menghargai satu sama lain sebagai sebuah keluarga. Berbagai hal dapat memicu terjadinya konflik, tapi sebagai sebuah keluarga tentu juga akan selalu menemukan jalan dalam menyelesaikannya.

Baca Juga: Keterbukaan dan Komunikasi Positif Kunci Hadapi Sibling Rivalry