Saudara kandung merupakan salah satu orang terdekat yang kita miliki. Ikatan yang terbangun sejak kecil kerap menimbulkan kelekatan satu sama lain. Interaksi dengan saudara kandung juga memengaruhi proses perkembangan dalam kehidupan. Komunikasi sebagai proses interaksi memiliki peran penting dalam hal ini. Terutama untuk mencegah terjadinya sibling rivalry.

Begitupun dalam proses komunikasi antara orangtua dan anak. Komunikasi yang berlangsung harus secara efektif dan diiringi dengan afeksi atau kasih sayang. Khususnya secara adil diberikan kepada setiap anak. Jika tidak, ini akan rentan memicu terjadinya fenomena sibling rivalry.

Faktor penyebab

Sibling rivalry merujuk pada permusuhan yang terjadi antar-saudara kandung. Permusuhan ini dapat muncul karena seseorang takut akan kehilangan kasih sayang maupun perhatian dari orangtuanya sehingga memicu pertengkaran dengan saudara kandungnya yang lain. Selain itu, jumlah saudara kandung serta perbedaan usia juga dapat menjadi faktor penyebab fenomena ini.

Begitupun dengan pola asuh yang diberikan oleh orangtua, apalagi jika terdapat kecenderungan dari orangtua untuk memperlakukan anaknya yang satu dengan lainnya secara berbeda. Selain itu, jika terdapat praktik orangtua menghadirkan “anak emas” dalam keluarga.

Pola asuh dapat menjadi faktor utama penyebab sibling rivalry sekaligus solusi dalam menghadapinya. Pola asuh merupakan cara pengasuhan yang diberikan oleh orangtua kepada anak, mulai dari mendidik, membimbing, membesarkan, hingga mendisiplinkan anak. Proses tersebut membutuhkan komunikasi yang dibangun sebagai salah satu media pengasuhan.

Menghadapi sibling rivalry

Keterbukaan dan komunikasi positif menjadi kuncinya. Cara orangtua bersikap dan mengkomunikasikannya kepada anak akan sangat berpengaruh, khususnya saat anak mengalami pertengkaran.

Komunikasi positif berperan dalam merespons hal dengan mengedepankan empati. Yaitu, mendengarkan anak dibandingkan menghakimi atau malah menyalahkan. Pemberian komunikasi positif tentu akan dapat lebih diterima oleh anak secara baik.

Berikut ini, ciri-ciri komunikasi positif kepada anak.

  1. Tidak menghakimi, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, dan menyindir anak.
  2. Hargai serta kenali perasaan, situasi, dan kondisi anak.
  3. Memberikan penjelasan dan alasan yang to the point.
  4. Menggunakan bahasa yang jelas dan dimengerti anak sesuai usia dan perkembangannya.
  5. Membiasakan diskusi bersama anak.

Selain itu, orangtua harus dapat memahami bahwa setiap anak tentu memiliki karakteristik yang berbeda. Komunikasi positif ini akan berdampak pada terjalinnya pola asuh yang baik oleh orangtua kepada anak dan meminimalisasi terjadinya sibling rivalry pada anak.

Baca juga: 5 Manfaat Liburan Bersama Keluarga