Pernahkah Sahabat Kompas bertanya-tanya mengapa sistem kerja 5 hari dalam seminggu dengan jam kerja 8 jam per hari menjadi standar di banyak perusahaan? Ternyata, sistem ini tidak muncul begitu saja, melainkan melalui perjuangan panjang yang melibatkan pekerja dan perubahan sosial yang signifikan.
Jam Kerja Panjang di Awal Abad ke-20
Pada pergantian abad ke-20, bukan hal yang aneh bagi banyak pekerja Amerika untuk bekerja hingga 60 jam atau lebih dalam seminggu. Pekerja rumah tangga di Massachusetts, misalnya, bekerja sekitar 78 hingga 83 jam seminggu dengan upah hanya sekitar 9 sen per jam.
Pekerja pabrik perempuan dan anak-anak sedikit lebih beruntung karena ada undang-undang yang membatasi jam kerja mereka di pabrik tekstil menjadi 58 jam per minggu. Namun, kondisi ini mulai memicu protes dari para pekerja.
Gerakan 8 Jam Kerja
Gerakan untuk mengurangi jam kerja sudah ada sejak awal abad ke-19. Robert Owen, seorang reformis buruh asal Wales, mencetuskan frasa “Delapan jam kerja, delapan jam rekreasi, delapan jam istirahat”. Seruan ini semakin populer setelah Perang Saudara Amerika. Banyak pekerja yang kembali ke kota setelah perang dan mendapati kondisi kerja yang sangat berat.
Chicago menjadi pusat gerakan buruh pada saat itu. Di wilayah tersebut, para pekerja mulai melobi pemerintah untuk memberlakukan batasan jam kerja. Pada tahun 1867, Illinois menjadi negara bagian pertama yang meloloskan batasan 8 jam kerja per hari, meskipun undang-undang ini tidak efektif karena adanya celah hukum yang memungkinkan pengusaha untuk memperpanjang jam kerja.
Tragedi Haymarket dan Pemogokan Hari Buruh
Pada 1 Mei 1886, serikat pekerja dan aktivis buruh di Chicago menggelar pemogokan besar-besaran dengan tujuan untuk menuntut hari kerja 8 jam. Namun, demonstrasi ini berubah menjadi tragedi.
Ketegangan antara para pemogok dan polisi menyebabkan kematian empat orang, yang kemudian memicu serangan bom mematikan di Haymarket Square. Peristiwa ini, yang dikenal sebagai Peristiwa Haymarket, menjadi kemunduran besar bagi gerakan 8 jam.
Perubahan Pasca Perang Dunia I
Setelah Perang Dunia I, para pekerja di Amerika mulai mendapatkan lebih banyak kekuatan dalam negosiasi. Pada tahun 1916, Undang-Undang Adamson mengharuskan industri kereta api untuk mengadopsi sistem 8 jam kerja sehari.
Ketika Amerika terlibat dalam perang pada 1917, pekerja mendapat daya tawar yang lebih tinggi untuk meminta jam kerja yang lebih pendek dan minggu kerja yang lebih singkat. Pekerja pun mulai merasakan “zaman keemasan” selama tahun 1917-1918, ketika banyak perusahaan mengadopsi sistem 8 jam kerja sehari.
Namun, setelah perang berakhir, para pengusaha mencoba kembali ke sistem kerja lama yang lebih panjang. Hal ini kembali memicu gelombang besar mogok dan protes.
Peran Henry Ford dalam Mewujudkan Sistem Kerja 5 Hari
Salah satu momen paling penting dalam sejarah jam kerja terjadi pada 1926, ketika Henry Ford mengadopsi sistem kerja 5 hari dengan 40 jam kerja per minggu di pabriknya. Ford, yang dikenal karena mengembangkan jalur perakitan massal untuk produksi mobil, menyadari bahwa pekerja yang lebih bahagia dan lebih produktif akan mengarah pada keuntungan lebih besar.
Selain itu, Ford ingin agar pekerjanya memiliki cukup waktu untuk membeli mobil yang mereka buat. Dengan meningkatkan gaji dan mengurangi jam kerja, Ford menciptakan standar baru di industri.
Ditetapkan sebagai Undang-Undang
Walaupun Ford mengadopsi sistem ini, perubahan secara nasional baru terjadi setelah pemerintah Amerika Serikat mengesahkan Undang-Undang Standar Perburuhan yang Adil pada tahun 1938. Undang-undang ini membatasi jam kerja hingga 44 jam seminggu, yang kemudian dikurangi menjadi 40 jam setelah dua tahun.
Undang-undang ini juga menetapkan aturan upah lembur. Menurut peraturan, perusahaan membayar lebih untuk setiap jam kerja yang melebihi batas 40 jam.
Sistem kerja lima hari seminggu dengan 40 jam kerja menjadi standar di Amerika Serikat berkat perjuangan panjang para pekerja yang menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Meskipun kita kini hidup di era ketika kerja jarak jauh dan fleksibilitas semakin populer, sejarah panjang ini tetap relevan, mengingat banyak negara masih mengadopsi sistem serupa.
Baca juga:Â Meningkatkan Produktivitas Kerja dengan Teknik Pomodoro