Kecintaannya pada fotografi tidak menyurutkan minat Everestus Petrus Taray Narwadan (28) terhadap dunia aviasi. Kendati bertitel Sarjana Hukum dari Universitas Atmajaya Jakarta, pria berdarah Ambon ini justru bekerja sebagai fotografer semasa kuliah. Namun, cita-cita menjadi pilot sejak kecil terus membayanginya. Akhirnya, setelah merasa cukup memegang kamera, dia memutuskan untuk memegang kendali pesawat.
“Pilot buat saya adalah cita-cita sedari kecil. Walaupun sewaktu kuliah hingga lulus sempat bergelut dengan kamera dan lensa, saya masih ingin jadi pilot. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan untuk jadi pilot, saya pasti akan coba,” ujar Ray, sapaan akrabnya.
Selesai kuliah, Ray memutuskan untuk masuk ke akademi penerbangan di Cebu, Filipina. Mengapa harus ke Filipina? Ray mengatakan, sebenarnya ada banyak pilihan akademi penerbangan di Indonesia, tetapi banyak orang Indonesia yang memilih mendapatkan training di luar negeri, seperti Filipina, Amerika Serikat, atau Selandia Baru.
“Saya merupakan salah satu yang memutuskan untuk pelatihan di Filipina. Alasannya, selain mendapatkan pelatihan dari instruktur berbagai negara, kita juga akan terbiasa dengan bahasa asing. Dengan kata lain, kemampuan bahasa asing ikut meningkat,” ucap lulusan SMA Pangudi Luhur I Jakarta ini.
Kini, Ray bekerja di Airworks Aviation, Filipina. Seperti diketahui, untuk menjadi penerbang komersial, seorang pilot harus memulainya dari sesi pelatihan untuk mendapatkan 180-200 jam terbang di sebuah akademi penerbangan. Setelah itu, ia bisa mendapatkan lisensi pilot komersial. Ray sendiri sendang menunggu ujian untuk mendapatkan Commercial Pilot License, Instrument Rating License, dan Multi-Engine License.
“Saya dan teman-teman yang termasuk penerbang luar negeri, begitu kembali ke Indonesia akan cenderung masuk ke maskapai komersial. Meskipun demikian, ada juga yang memilih menjadi pilot pesawat carter,” ujarnya.
Profesi penerbang di Indonesia masih sangat menjanjikan, mengingat negara kita masih membutuhkan cukup banyak pilot untuk menerbangkan ratusan pesawat komersial sebagai moda transportasi yang efisien. Ray mengatakan, industri maskapai terus meningkat belakangan ini. “Sejauh orang lain masih membutuhkan pesawat sebagai transportasi, profesi kami masih sangat dibutuhkan.”
Ray mengatakan, apa pun halangannya, pengalaman berat, maupun duka yang ditemui, dia akan terus menjalani profesi sebagai penerbang karena dirasa sudah sangat cocok. Jadi, walaupun profesi ini berisiko tinggi, dia tetap akan maju.
“Saya berharap, profesi penerbang di Indonesia akan terus meningkat seiring makin tingginya kebutuhan pilot. Jangan hanya terpaku pada sektor maskapai komersial karena Indonesia masih membutuhkan pilot-pilot untuk sektor maskapai korporat, seperti sektor pertambangan atau bahkan pertahanan sekalipun,” pungkas Ray. [VTO] foto: pribadi
noted: menerbangkan cita-cita