Sekitar tahun 2015 hingga 2017, kegiatan journaling sempat digandrungi banyak orang. Dari bullet journal yang penuh warna sampai catatan harian minimalis, tren ini menjalar ke mana-mana. Namun, kini journaling tak lagi soal estetika atau ikut-ikutan. Bagi beberapa orang, journaling sudah berubah menjadi kebutuhan, terutama di tengah tekanan hidup dan padatnya rutinitas.

Jika diamati, tanpa sadar, banyak orang menjalani hari-hari dengan pikiran yang terus berputar, menumpuk kekhawatiran yang belum tentu terjadi, alias overthinking. Lebih parahnya lagi, kebiasaan ini tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mengomunikasikan isi kepala—bahkan pada diri sendiri.

Seiring waktu, muncul kesadaran bahwa memendam terlalu banyak pikiran bisa mengganggu produktivitas dan kejernihan berpikir. Akhirnya, banyak yang kembali melirik journaling, bukan sebagai gaya hidup, tapi sebagai cara untuk merapikan isi pikiran.

Journaling sebagai Ruang Aman

Berbeda dengan journaling yang serba rapi dan estetik yang dulu jadi tren di media sosial, journaling versi personal sebenarnya bisa dilakukan dengan sangat sederhana. Bisa berupa coretan tangan, tulisan acak, curhatan emosional, sketsa, atau bahkan semacam wireframe untuk mengatur isi pikiran. Apa pun bentuknya, journaling bisa memberikan ruang aman bagi seseorang untuk mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi.

Menulis di atas kertas jadi semacam latihan untuk mengurai benang kusut dalam kepala. Tidak ada aturan, tidak ada tuntutan. Prinsipnya hanya satu: lepaskan!

Punya Segudang Manfaat

Lebih dari sekadar mencurahkan isi hati, journaling juga memberikan manfaat yang sangat nyata. Saat seseorang mulai menuliskan tujuan-tujuannya, proses itu membuat arah menjadi lebih jelas dan membantu menjaga konsistensi dalam mencapainya. Kebiasaan menulis secara rutin juga memungkinkan seseorang untuk melacak perkembangan pribadi mereka. Dengan kembali membaca catatan lama, akan terlihat sejauh apa perubahan yang telah terjadi dalam hidup.

Tak hanya itu, refleksi melalui tulisan sering kali menjadi sumber kepercayaan diri. Ketika seseorang menyadari bahwa ia mampu melewati berbagai tantangan, rasa bangga dan keyakinan terhadap diri sendiri pun tumbuh. Dalam hal komunikasi, journaling dapat menjadi sarana latihan yang baik untuk menyusun pikiran secara terstruktur, sehingga bisa meningkatkan kemampuan menyampaikan ide baik secara lisan maupun tulisan.

Dari sisi emosional, kegiatan ini sangat membantu untuk meredakan stres dan kecemasan. Menulis ibarat membuang beban dari kepala ke atas kertas, memberikan ruang bagi pikiran untuk bernapas lebih lega. Bahkan dalam prosesnya, tak jarang muncul ide-ide kreatif yang tak terduga.

Journaling pun bisa menjadi cara untuk meningkatkan kesadaran diri. Dengan menuliskan keberhasilan maupun kegagalan, seseorang dapat melihat pola, belajar dari pengalaman, dan lebih memahami dirinya sendiri.

Ragam Bentuk Journaling

Tidak ada cara yang benar atau salah dalam journaling. Bentuknya bisa sangat bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan masing-masing. Misalnya, sekadar mencurahkan pikiran apa adanya tanpa sensor atau struktur, bisa menjadi cara jujur untuk melepaskan emosi.

Bagi yang ingin fokus pada hal-hal positif, membuat gratitude journal dengan mencatat hal-hal yang disyukuri setiap hari bisa sangat membantu membangun perspektif yang lebih sehat. Sementara itu, bagi mereka yang lebih visual, sketch journal memungkinkan ekspresi emosi lewat gambar atau doodle.

Ada juga yang merasa lebih tenang setelah menulis to-do list, sekadar menyusun daftar tugas harian agar kepala terasa lebih ringan. Sebagian orang bahkan menggunakan jurnal untuk mencatat mimpi yang mereka alami setiap malam, sebagai cara memahami sisi bawah sadar.

Bagi yang suka merancang ide, menggambar semacam wireframe atau peta pikiran juga bisa jadi bentuk journaling yang efektif. Apapun bentuknya, esensinya tetap sama: memberi ruang untuk mengenal diri dan mengolah pikiran secara lebih sadar.

Kembali ke Fungsi Dasar: Merawat Diri

Sejumlah tokoh besar seperti Albert Einstein, Michelle Obama, hingga Frida Kahlo dikenal rutin mencatat isi pikirannya lewat jurnal. Mereka bukan hanya mendokumentasikan, tapi juga menemukan suara dan jati dirinya dalam proses menulis itu.

Pada dasarnya, journaling merupakan alat perawatan diri. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang makin bising, kegiatan ini hadir sebagai pengingat bahwa berpikir jernih adalah fondasi dari segala hal, termasuk kerja, relasi, dan kesehatan mental. Sebab, menulis jurnal sejatinya bukan hanya soal kata-kata, melainkan tentang keberanian untuk menghadapi diri sendiri.