Memberikan pengetahuan untuk edukasi publik sekaligus sebagai advokasi adalah tugas Muhamad Heychael (27) di Remotivi, sebuah lembaga swadaya masyarakat untuk memantau kerja dunia pertelevisian. Menurutnya, penelitian ini dihasilkan sebab tidak ada perangkat aturan yang bisa menindak televisi atas berbagai kasus yang kerap terjadi, misalnya misrepresentasi.
“Penelitian ini juga bisa digunakan untuk edukasi publik bahwa televisi juga ikut menyumbang banyak masalah sehari-hari. Produk riset ini, harapannya bisa menjadi bahan media literasi bagi publik luas,” ucapnya
Pada praktiknya, ruang kerja periset, selain mengonseptualisasi ide riset, Heychael harus menuangkan ide ke dalam bentuk proposal penelitian tentang signifikansi penelitian, cara penelitian, hingga pendanaan. Jika mendapat persetujuan dari organisasi dan hibah dari donor, penelitian bisa dijalankan. Setelah selesai, hasilnya kemudian dipublikasikan dalam berbagai bentuk mulai dari diskusi publik hingga infografik
Saat ditanya mengenai profesi periset di Indonesia, Heychael pun agak bingung menjelaskannya. “Sulit membuat gambaran umum mengenai periset di Indonesia, semuanya tergantung kita bekerja di mana. Jika bekerja di World Bank atau konsultan penelitian bagi perusahaan swasta atau pemerintah, bisa jadi lebih dari cukup untuk hidup. Kalau di LSM tentu berbeda, kembali kepada kondisi LSM dan tentu saja kinerja kita juga,” ucapnya.
Heychael memberikan gambaran, untuk pria lajang penghasilan dari periset mungkin cukup, tetapi kalau sudah berkeluarga belum tentu. Di sini, menurutnya, pekerjaan sebagai periset harus ditopang oleh pekerjaan lain misalnya pengajar karena pekerjaan sebagai peneliti tidak merantai seseorang harus berada di satu ruangan dari 9 pagi ke 5 sore.
Namun, dia mengatakan profesi ini masih terbuka dan bisa dijadikan pegangan hidup. Dia yakin, di masa depan, sektor industri, pemerintahan, dan universitas membuka ruang besar bagi tenaga riset profesional. “Sekarang ini, perlahan periset sudah mulai dihargai sebagai pekerjaan yang penting dan punya kontribusi bagi publik. Paling gampang adalah survei politik pemilu atau survei perilaku konsumen untuk pemasaran atau kampanye. Nah, penyedia jasa itu belum banyak, jadi peluangnya besar,” ujarnya. [VTO]
foto: Muhamad Heychael