Apel sebagai salah satu menu diet telah menjadi rahasia umum. Buah bundar dengan sensasi segar ini memang kaya akan kandungan gizi, di antaranya protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Namun, isu adanya kandungan bakteri Listeria pada apel impor membuat kita bergidik.

Di Indonesia, apel diimpor dari sejumlah negara, di antaranya Amerika Serikat dan Tiongkok. Apel yang diimpor dari Amerika Serikat umumnya berasal dari Washington dan California. Sementara itu, apel yang terkontaminasi bakteri adalah apel yang diproduksi di salah satu perkebunan apel di California dengan jenis apel granny smith dan gala.

Klasikamus
Apel
Buah yang bernama Latin Malus domestica ini memiliki beberapa jenis yang umum dikenal banyak orang. Di antaranya apel manalagi, golden delicious, red delicious, fuji, granny smith, gala, ginger gold, pacific rose, pink lady, honeycrisp, dan apel malang. Buah ini dikenal akan kandungan antioksidan yang cukup tinggi.

 Jumlah impor apel di Indonesia cukup tinggi. Data dari Kementerian Perdagangan mencapai 200.483 ton pada semester I tahun 2014. Angka ini meningkat tajam dibandingkan periode yang sama pada 2012 yang mencapai sekitar 90.000 ton (Kompas.com, 26/1).

Tingginya angka impor apel bisa mengindikasikan peningkatan kesadaran akan gaya hidup sehat melalui konsumsi buah segar. Namun, membanjirnya apel impor di pasaran cenderung menyurutkan pasar apel lokal. Harga apel lokal jatuh dan kurang diminati. Data dari Asosiasi Hortikultura Nasional menyatakan bahwa lebih dari 20.000 petani apel di Malang, Jawa Timur, tersisih akibat impor apel yang berlebihan. Sementara itu, produksi apel di Batu menurun secara signifikan. Pada 2005, terdapat 2,2 juta tanaman apel produktif. Namun, pada 2010, hanya terdapat 1,9 juta tanaman apel produktif.

Secara umum, apel impor memang lebih menarik secara fisik dibandingkan apel lokal. Ukuran yang lebih besar, warna yang lebih mengilat dan cerah, serta rasa yang cenderung lebih manis untuk beberapa jenis apel membuat apel impor lebih digemari.

Akan tetapi, kandungan bakteri berbahaya dalam apel impor perlu membuat kita waspada dan selektif dalam memilih apel. Meskipun secara fisik kalah cantik, apel lokal memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya, apel lokal biasanya tidak menggunakan tambahan pengawet. Jenis apel lokal seperti apel manalagi dan apel malang kerap dipetik langsung dari perkebunan apel dan didistribusikan untuk dijual pada konsumen. Proses ini bisa memakan waktu kurang dari 1 minggu.

Sementara itu, apel impor membutuhkan proses pengiriman hingga sekitar 40 hari. Belum ditambah proses pemetikan, pengumpulan, dan pengiriman ke pedagang-pedagang apel eceran di berbagai kota di Indonesia.

Apel lokal, dengan pendeknya rentang waktu pemetikan, penyimpanan, dan pendistribusian, akan memungkinkan kandungan gizi masih terjaga. Pendeknya jarak yang ditempuh juga dapat menghemat energi untuk bahan bakar alat transportasi yang digunakan. Dengan kata lain, mengonsumsi apel lokal relatif lebih ramah lingkungan. Konsumsi apel lokal dan buah-buahan dalam negeri lainnya juga dapat membantu kesejahteraan petani lokal.

Tidak perlu meresahkan apel lokal yang cenderung lebih cepat busuk. Justru, hal ini menyiratkan bahwa dalam apel lokal minim atau justru tanpa kandungan pengawet makanan dan zat kimia lain. Buah yang paling baik tidak menggunakan tambahan bahan kimia dan dikonsumsi dalam kondisi segar.

Kebanggaan terhadap produk lokal memang tidak bisa hanya dengan mengonsumsi buah-buahan yang diproduksi negara sendiri. Perlu upaya dukungan untuk pengadaan riset dalam rangka peningkatan kualitas buah-buahan seperti jenis pepaya yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor. Dengan demikian, produk buah-buahan lokal seperti apel dapat disandingkan dengan buah impor dan memiliki daya saing tersendiri.

Di samping itu, kebiasaan menerapkan gaya hidup sehat dengan lebih banyak mengonsumsi buah juga bisa menjadi cara jitu. Konsumsi buah Indonesia masih kalah dibandingkan sejumlah negara. Padahal, kita tinggal di kawasan yang kaya akan tumbuhan buah tropis, dengan buah-buahan lokal banyak mengandung gizi. Apel manalagi dan apel malang hanyalah contoh jenis buahnya. [*/MIL]

noted: mencintai yang lokal