Selain nasi jamblang dan empal gentong, docang juga menjadi makanan incaran banyak orang ketika “berburu” kuliner di Cirebon, Jawa Barat. Docang berarti baceman dari oncom dage dan kacang hijau yang dijadikan tauge. Dari sisi tampilan, docang sekilas mirip lontong sayur.

Makanan ini merupakan perpaduan dari lontong, daun singkong, tauge, dan kerupuk. Lalu diramu dengan sayur oncom dage atau oncom gembos yang terbuat dari ampas tahu dicampur sedikit bungkil kacang tanah (sisa perasan dijadikan minyak) yang disebut gempa yang dihancurkan dan ditaburi parutan kelapa muda.

Docang mempunyai rasa khas yang gurih dan nikmat apabila disajikan dalam keadaan panas atau hangat. Selain dijadikan menu sarapan, makanan ini juga cocok disantap untuk menu berbuka puasa. Rahasia kenikmatan docang adalah kuah rebusan dage atau kacang bungkil, ditambah kuah gurih yang menggugah selera. Harga makanan ini relatif terjangkau, Rp 8.000–Rp 15.000.

Konon, docang merupakan hasil kreasi Sunan Gunung Jati. Tiap kali selepas syukuran atau selamatan, banyak warga yang membuang sisa makanannya padahal masih bagus dan baik. Sunan Gunung Jati menyarankan agar tidak dibuang dan diolah kembali. Olahan tersebut kemudian diberi nama docang. [*/ACH]

DOK FOTO : KOMPAS.COM/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON