Mulai merencanakan keuangan sejak usia muda bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Apalagi, ketika masih muda, risiko yang ditanggung relatif minim serta kesempatan untuk mencari pekerjaan juga masih lebih luas daripada saat telah berumur. Rancangan keuangan dapat dimulai dengan mengenali berbagai macam aset.

Merencanakan fondasi keuangan sejak muda juga memengaruhi bagaimana mempersiapkan masa depan. Terkait hal itu, Growth Center by Kompas Gramedia bekerja sama dengan Klob mempersembahkan lokakarya bertajuk Financial Well-being to Kickstart Your Future pada Sabtu, 20 Maret 2021 dengan narasumber Ryan Filbert selaku pendiri savingsaham.com.

Ryan memulai sesi lokakarya dengan bercerita bagaimana suatu informasi yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari interpretasinya berbeda pada setiap orang, seperti ketika pada umumnya orang berpendapat bahwa kendaraan adalah aset yang menguntungkan. Padahal, jika diperhitungkan lebih dalam, kendaraan dapat memakan biaya perawatan yang cukup banyak, sehingga disebut sebagai aset yang tidak menghasilkan arus uang.

Oleh karena itu, mencermati rancangan keuangan untuk masa depan sangatlah penting agar informasi-informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan, dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

“Jangan berpikir bahwa ketika mengenal dunia investasi, Anda bisa menjadi orang yang benar dalam mengelola keuangan,” ujar Ryan.

Memahami berbagai macam aset

Tidak semua aset menghasilkan arus uang. Namun, semua yang menghasilkan arus uang disebut aset, seperti deposito dan saham. Ada aset yang menghasilkan arus uang, tetapi tidak semua orang bisa memilikinya dengan sama atau setara.

Contohnya, ketika mempunyai suami yang bekerja sebagai direktur suatu perusahaan dengan gaji sekian, suami yang bekerja merupakan aset yang menghasilkan arus uang. Namun, tidak semua orang bisa memiliki aset tersebut.

Adapun aset yang menghasilkan arus uang dan semua orang dapat memilikinya dengan sama atau setara seperti, membeli aset saham perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Siapapun yang membeli sahamnya akan mendapatkan imbal balik (dividen) dengan besaran per lembar saham sama besar.

“Intinya adalah dari arus uangnya. Bukan dari definisi itu merupakan aset atau tidak dari sudut pandang akuntansi,” ucap Ryan.

Arus uang yang bersifat evergreen asset artinya aset yang selalu ada dan tidak terbatas seperti kekayaan intelektual. Adapun aset yang bersifat non evergreen yang berarti akan habis seiring dengannya waktu seperti tubuh yang sehat untuk bekerja, dalam satuan waktu tertentu tidak akan bisa bekerja lagi.

Kemudian benchmark asset adalah sebuah aset yang menghasilkan arus uang baik yang tinggi maupun rendah. Contoh dalam investasi dan keuangan seperti suku bunga uang yang hendak dihitung baik dengan pendapatan bersih ataupun pendapatan kotor yang dapat menghasilkan arus uang yang tinggi.

Jika memilih pendapatan bersih, pajak penghasilannya dipotong. Namun, jika memilih pendapatan kotor, pajak penghasilannya tetap dihitung. Arus uang yang rendah harus ditandingkan dengan kenaikan harga aset seperti emas yang semakin lama nilainya akan meningkat karena emas merupakan aset yang menghasilkan arus uang yang rendah, tetapi dapat ditandingkan dengan kenaikan harga aset.

Cara merencanakan aset dengan investasi

Terdapat lima tingkatan dalam investasi aset untuk memulai membangun rancangan keuangan. Dimulai dengan berpikir mengenai pendapatan pasif, yaitu bagaimana caranya tidak bekerja, tetapi menghasilkan uang.

Caranya terdapat tiga tahap. Tahap pertama yaitu menambah uang seperti membeli saham di pasar modal atau reksa dana, hingga jualan via daring, agen asuransi, dan menciptakan sebuah barang/jasa.

Tahap kedua yaitu menjaga keuntungan. “Harus mengamankan untungnya bukan mengamankan modalnya. Yang salah orang mengamankan modalnya. Akhirnya apa? pertumbuhannya tidak ada. Modal yang diamankan akan berakhir ke tempat yang kecil untungnya,” ujar Ryan.

Keuntungan dilindungi dan dimasukkan kepada berbagai bentuk seperti obligasi ritel Indonesia, sukuk ritel, sukuk tabungan, dan lain-lain. Selanjutnya tahap ketiga yaitu penghuni yang menciptakan kekayaan antara lain mempunyai properti yang produktif, bisnis atau akuisisi, dan mempunyai emas. Oleh karena itu, ketika sudah mempunyai pendapatan aktif, dapat melalui tahap penambah uang yang kemudian melindungi hasil keuntungan aset tersebut sehingga dapat menciptakan bentuk kekayaan lainnya.

“Investasi saham memang tidak tepat untuk jangka pendek. Anda akan kaget melihat hasilnya setelah puluhan tahun dari bunga berbunga (compounded interest). Namun, dalam jangka pendek, hasilnya kurang terlihat,” ucap Ryan.

Rancangan keuangan berupa investasi yang menghasilkan arus uang dapat disiasati dengan dua hal, yaitu dijadikan sebagai penghasilan sehari-hari atau dijadikan sebagai investasi kembali pada aset lainnya.

Ryan menggambarkan aliran dalam sektor riil dimulai dengan mempunyai ide. Ide harus dipikirkan, dituliskan, dibakukan standarnya, dijalankan, diceritakan, dipatenkan, dan diperjualbelikan.

“Kalau Anda menceritakannya, tetapi belum dipatenkan. Idenya akan diambil orang lain. Kalau tidak diceritakan, tidak mungkin bisa dijual. Jadi, berbicara tentang sektor riil, Anda harus memulainya dari suatu ide atau usaha,” ujarnya.

Selanjutnya setelah memiliki ide, ide tersebut dibangun dengan membuat suatu usaha. Kemudian usaha dapat diekspansikan, diwaralabakan, ataupun dijual sebagian. Ketiga cara tersebut dapat dipilih salah satu ataupun sekaligus.

“Saham itu adalah kendaraan yang menghasilkan uang saat kita tidur yang harganya bisa naik serta turun,” pungkas Ryan.

Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!

Penulis: Riska Krisnovita, Editor: Sulyana Andikko.

Baca jugaTingkatkan Penjualan dengan Memahami Peran Komunikasi Pemasaran Terpadu