PTM atau penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

PTM penyebab kematian nomor satu adalah penyakit kardiovaskular, yakni penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung atau payah jantung, hipertensi, dan stroke.

Pengalaman terkena serangan PTM dialami oleh Ibnu Bustanil Arifin (28 tahun). Sabtu sore, 24 September 2011, saat Ibnu sedang bermain futsal, tiba-tiba ia merasakan sakit dada hebat dan sesak napas. Kita juga masih ingat kasus serupa yang dialami oleh Adjie Massaid (43 tahun), Benjamin Sueb (56 tahun), pelawak Basuki (51 tahun), dan seorang peserta lomba lari Jakarta Maraton 2013, Romo Ignatius Sumarya SJ (60 tahun). Sebelumnya mereka semua terlihat bugar dan tidak pernah mengeluh sakit. Dari antara mereka, hanya Ibnu yang selamat.

Kasus serupa itu cukup sering kita dengar dan mungkin juga pernah dialami oleh rekan atau anggota keluarga kita. Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena PTM atau sekitar 63 persen dari seluruh kematian. Lebih dari 9 juta kematian karena PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90 persen kematian dini tersebut terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Faktor risiko penyakit kardiovaskular di antaranya adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat, dan stres.

Perubahan perilaku dapat mengurangi risiko timbulnya penyakit. Salah satunya memperhatikan pola makan. Pola makan merupakan perilaku terpenting yang dapat memengaruhi keadaan gizi seseorang. Sebagian besar PTM terkait gizi berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan kegemukan. Hasil riset dasar kesehatan menunjukkan pola makan masyarakat kita, terutama di daerah perkotaan, yang cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula, dan garam, tetapi kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan, serelia utuh, dan kurang melakukan aktivitas fisik.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup ikut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah, serta menurunkan risiko kegemukan. Artinya, konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turun berperan dalam pencegahan PTM. Sayangnya, jumlah konsumsi sayuran rata-rata penduduk Indonesia baru 63,3 persen dan buah-buahan baru 62,1 persen dari jumlah konsumsi yang dianjurkan. Padahal, sebagai negara tropis, Indonesia memiliki banyak ragam sayuran dan buah-buahan.

Walau demikian, konsumsi buah yang sangat manis dan miskin serat sebaiknya tetap dibatasi dan dianjurkan konsumsi sayuran lebih banyak daripada buah-buahan.

Mari menuju masa muda sehat, hari tua nikmat tanpa PTM dengan perilaku cerdik.

C ek kesehatan secara berkala
E nyahkan asap rokok
R ajin aktivitas fisik
D iet sehat dengan kalori seimbang
I stirahat yang cukup
K elola stress

Batas ambang indeks massa tubuh (IMT) untuk Indonesia adalah sebagai berikut.

  Kategori IMT
Sangat kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17 – < 18,5
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk (overweight) Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Obese Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

 

Cara Menentukan IMT:

IMT = Berat Badan (kg) : (Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m))

Sumber: Litbang Kompas/FIS, diambil dari Kementerian Kesehatan RI

noted: menangkis serangan ptm