Memperingati Hari Batik Nasional beberapa waktu lalu, hampir di semua tempat, tampak lalu lalang orang menggunakan busana dengan motif batik, kebanggaan negeri ini. Tentu bangga rasanya mengenakan karya anak negeri yang sudah diakui dunia internasional. Padahal, kalau mau, masih banyak kekayaan budaya Indonesia yang tidak kalah menariknya.

Sebut saja kain songket. Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan merupakan kain mewah yang aslinya memerlukan emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Biasanya, kain tenun mewah ini dikenakan saat kenduri, perayaan, atau pesta. Cara mengenakannya pun terbilang mudah, hanya perlu dililitkan pada tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau dijadikan hiasan ikat kepala. Di Indonesia, pusat kerajinan songket yang cukup termasyhur terdapat di daerah Pandai Sikek dan Silungkang, Sumatera Barat serta di Palembang, Sumatera Selatan.

Rasanya, daya tarik songket yang tidak kalah menarik dari batik inilah yang membuat pengusaha dan perancang mode Indonesia berupaya membawa dan memperkenalkan koleksinya di mancanegara. Hal itu sudah dilakukan mereka walau dengan biaya sendiri dengan merogoh kocek sampai ratusan juta rupiah.

Salah satu pencetus trend setter busana muslim di Indonesia, Shafira Corporation, baru saja melakukan misinya dalam memperkenalkan kekayaan ragam budaya Indonesia di negeri orang. Shafira memperkenalkan songket Silungkang, Sawahlunto, Sumatera Barat ke Negeri Paman Sam. Tidak tanggung-tanggung, Shafira yang sudah eksis sejak 26 tahun lalu ini memamerkan koleksinya di New York Couture Fashion Week 2015, yang berlangsung di Hotel Crowne Plaza, Time Square, New York, Amerika Serikat, Sabtu (12/9). Sedikitnya ada 15 koleksi eksklusif yang ditampilkannya. Dalam ajang yang berlangsung pada 11–13 September 2015, ada sekitar 22 perancang busana dan perhiasan dari sejumlah negara, di antaranya Indonesia, India, Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Puerto Riko, Romania, Georgia, dan Peru.

Dalam koleksi busana yang berkesan elegan, mewah, dan feminin itu, Shafira memadupadankan kain songket Silungkang yang didominasi berwarna silver dan hitam dengan bahan sifon warna senada. Rancangan yang ditampilkan antara lain berupa gaun panjang, tunik, celana palazzo, serta berpotongan pendek dan panjang. Taburan kristal Swarovski di beberapa bagian busana menambah kemewahan pada koleksi yang bertema “When West Meet West”.

“Kami berusaha membuat busana yang sesuai dengan selera warga New York. Begitu juga dengan warnanya, seperti hitam dan silver (yang) menjadi favorit di Negeri Paman Sam ini,” ujar Feny Mustafa, pendiri Shafira Corporation belum lama ini. Fenny menuturkan, pemilihan warna hitam dan silver digunakan agar mendapatkan kesan modern dan mewah. Sementara itu, kain songket Silungkang dengan warna hitam dan silver, dipesan secara khusus pada perajinnya.

“Shafira ingin mengangkat nama Indonesia di luar negeri melalui produk yang dihadirkannya. Songket Silungkang merupakan salah satu karya cipta seni tenun tradisional Indonesia. Setidaknya melalui fashion show di New York ini, mata dunia bisa melihat langsung kekayaan budaya kita,” ungkapnya.

Komisaris Shafira Corporation Gilarsi Wahju Setijono menuturkan label busana muslim ini memilih memamerkan koleksinya di New York, karena ingin menjadikan Indonesia sebagai trend setter atau kiblat fashion Muslim di dunia. Menurut Gilarsi, untuk bisa mencapai hal tersebut, Indonesia harus menyejajarkan diri dengan kota mode New York, Milan, dan Paris. Melalui songket Silungkang ini, Shafira ingin meningkatkan ekonomi kreatif negeri ini ke dunia internasional.

Tidak hanya songket yang layak mendapat tempat di hati khalayak dunia internasional. Masih banyak kekayaan budaya Indonesia yang bisa diperkenalkan. Saatnya untuk maju dan memperkenalkan ragam budaya kita lebih giat lagi. Ayo, tanamkan rasa bangga akan hasil karya anak negeri. Kalau bukan dari kita, siapa lagi yang akan memulainya. [AYA]

noted: Membawa Kekayaan Budaya Indonesia ke Mancanegara