“Ah, lupa ganti pemain. Kecil, deh, nilai gue.” Begitulah Iwan (28) berujar saat timnya di Fantasy Premier League (FPL) hanya mendapatkan nilai kecil. Dia terpaksa merelakan posisinya turun di liga internal kantornya.

Dua tahun belakangan, permainan online FPL tiba-tiba kerap menjadi pembicaraan di kalangan pencinta game dan sepak bola di Indonesia. Meledaknya permainan ini dimulai saat salah satu program sepak bola di salah satu televisi nasional membuat sebuah liga virtual di Fantasy Premier League.

FPL berada di bawah naungan pengelola Liga Inggris resmi, yakni Barclays Premier League. Jika kita melihat lebih dalam ilmu marketing, penciptaan game ini tentu berimbas positif bagi Liga Inggris sendiri. Dengan membuka terus-menerus FPL, konsumen akan semakin kenal dan menimbulkan sebuah ingatan kuat bahkan ingatan secara kolektif.

Realitas ini seakan membentuk persepsi bahwa Liga Inggris itu menyenangkan dan menarik. Bisa jadi, popularitas Liga Inggris salah satunya karena keberadaan game ini. Jika dikupas secara lebih dalam, FPL sendiri berhasil menciptakan ekuitas merek Liga Inggris, baik dalam brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty.

Liga Inggris yang tadinya kalah pamor dari Liga Italia dan Spanyol sekarang menjadi liga yang cukup digandrungi di seluruh dunia. Salah satu tolok ukurnya adalah jumlah fans atau suporter mereka. Dalam 10 besar klub sepak bola dunia, empat klub Inggris masuk dalam urutan tersebut, yakni Manchester United, Chelsea, Liverpool, dan Arsenal.

Selain itu, popularitas Liga Inggris semakin meroket karena semakin banyak penggemar sepak bola mengetahui pemain yang berlaga. Hal ini dimungkinkan karena dalam permainan, seseorang hanya diberikan dana terbatas untuk belanja pemain. Mau tidak mau mereka harus mengambil pemain yang bukan dari klub kesayangan. Para pemain game juga akhirnya rela menonton klub yang bukan favorit, karena pemain yang berada di klub FPL-nya berlaga.

Dengan banyaknya fans itu, kemungkinan untuk mereguk keuntungan dari pembelian merchandise bisa ikut terdongkrak. Keuntungan dari klub secara tidak langsung memberikan devisa bagi negara Inggris. Nah, bayangkan jika Liga Indonesia memiliki strategi pemasaran seperti ini. Mungkin klub-klub akan bisa mereguk untung lebih banyak dan positioning Liga Indonesia menjadi kuat dan dicintai rakyat Indonesia. [VTO]

noted: memasarkan liga inggris melalui fantasy premier league

foto: oldtraffordfaithful.com