Ada beragam makanan manis tradisional yang bisa menjadi sajian berbuka puasa. Makanan ini banyak dijajakan di sekitar kita, bahkan kita bisa membuatnya sendiri.
Sengkulun
Namanya memang unik. Namun, soal rasa, sengkulun sungguh spesial. Banyak yang menyebutkan penganan ini asli Betawi. Sayangnya, makanan ini semakin langka. Bila suatu saat Anda jalan-jalan di sekitar kampung adat Betawi dan menemukannya, jangan lewatkan untuk memilihnya sebagai sajian berbuka puasa.
Rupa sengkulun cukup bersahaja, berwarna cokelat atau merah muda, dan biasanya ditemani parutan kelapa. Jika memakai gula merah sebagai komposisinya, maka sengkalun akan berwarna cokelat tanah. Sementara jika dibuat dengan gula pasir, biasanya akan ditambah pewarna makanan merah agar lebih menarik.
Bila melihat wujud aslinya, sekilas seperti kue keranjang. Bahan bakunya mirip dengan kue keranjang, yaitu tepung ketan dan gula. Tekstur sengkulun dan kue keranjang juga tidak jauh berbeda, kenyal dan manis. Bedanya, kue keranjang biasanyanya lebih padat dan lebih keras dibandingkan sengkulun. Kue keranjang juga tidak menggunakan tambahan kelapa parut saat disajikan.
Rasa sengkulun lebih gurih dibandingkan kue keranjang. Ini karena pengaruh parutan kelapa. Namun, ada pula yang menambahkan santan kental sehingga sengkulun terasa lebih lembut, tanpa mengurangi sensasi gurihnya.
Di Jakarta semakin sedikit orang yang membuat kue ini. Salah satu alasannya, proses pembuatan sengkulun yang cukup menyita waktu. Meskipun bahan-bahan untuk membuat sengkulun cukup sederhana, proses memasaknya yang memakan waktu hingga sekitar dua jam.
Penampilan sengkulun kian menarik jika disajikan di atas daun pisang, yang dilengkapi taburan parutan kelapa. Rasanya yang manis terasa ramah untuk lambung yang belum terisi sedari pagi.
Cenil
Dari namanya, penganan ini sudah terkesan “imut”, tapi bentuknya memang berupa potongan-potongan kecil. Cenil adalah makanan ringan khas masyarakat Jawa. Bersama lopis, tiwul, gatot, dan gethuk, cenil menjadi jajanan pasar yang cukup digemari.
Pada zaman dulu, cenil merupakan makanan alternatif bagi masyarakat Jawa saat terjadi kelangkaan beras. Oleh karena itu, masyarakat Jawa mencoba mengolah pati ketela pohon menjadi makanan. Cenil menjadi salah satu hasil olahan itu.
Cenil dijajakan dalam rupa warna-warni sehingga cukup menggoda untuk dinikmati. Teksturnya khas: kenyal, lengket, dan basah. Sementara rasanya manis dengan sensasi gurih karena menggunakan parutan kelapa.
Selain pati ketela pohon, komposisi cenil lainnya adalah tepung kanji dan gula. Bila ditawarkan bersama lopis, biasanya cenil juga dilumuri juruh atau saus gula aren. Berbuka puasa dengan cenil tentu menjadi sangat nikmat.
Baca Juga: 5 Resep Olahan Tepung Ketang yang Mudah Dibuat di Rumah
Wajik
Makanan tradisional Indonesia sangat beragam. Salah satu yang menarik untuk dicubit sebagai suguhan buka puasa adalah wajik. Wajik dikenal berasal dari Jawa Tengah. Kue yang terbuat dari beras ketan ini memiliki ciri khas berbentuk belah ketupat.
Wajik biasanya dimasak dengan mengukus beras ketan kemudian mencampurnya dengan santan dan gula merah hingga berminyak dan bertekstur lembut. Agar aromanya harum, biasanya ditambahkan daun pandan.
Kue wajik yang menggunakan gula merah berwarna cokelat. Sementara wajik yang berwarna hijau biasanya menggunakan pewarna alami sari daun suji dan pemanisnya memakai gula pasir. Wajik yang manis dan legit akan membuat buka puasa kita semakin menyenangkan. [*]
Baca juga: Lima Menu Buka Puasa Khas Indonesia Paling Dicari