Di balik keindahan alam Pulau Lombok yang memanjakan mata, ternyata banyak hal yang belum kita ketahui secara luas. Alasan inilah yang kemudian berusaha disampaikan oleh Azanaya melalui acara yang diberi judul Chompagro Lombok. Azanaya merupakan penyelenggara acara kuliner Nusantara yang terkenal dengan konsep uniknya yaitu Underground Secret Dining (USD).
Menurut pengurus Azanaya Lisa Virgiano, Chompagro Lombok tidak hanya acara untuk memperkenalkan Lombok melalui keunikan cita rasa kuliner, tetapi juga menceritakan semangat para penduduk Lombok dalam usahanya mempertahankan serta mengembangkan kekayaan alam yang mereka miliki meski dalam kondisi yang serba terbatas. Salah satu semangat tersebut disampaikan oleh Baraka Nusantara melalui Kopi Pahlawan.
Klasikamus
Sembalun berasal dari kata dalam bahasa Sasak yaitu sembah ulun, yang artinya menyembah yang lebih tinggi. Terletak di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut, di sebuah lembah yang dikelilingi lima gunung yang indah, dan salah satunya adalah Gunung Rinjani.
Kopi Pahlawan
Baraka Nusantara adalah sebuah gerakan yang berupaya mengangkat kesejahteraan para petani di Pulau Lombok melalui kopi. Gerakan ini dimotori oleh Reman Murandi dan Maryam Rodja. Reman Murandi telah lebih dari 10 tahun tinggal di luar Indonesia dan kini bekerja di salah satu perusahaan pertambangan di Australia.
Meski tinggal di luar negeri, ia tidak lupa dengan kampung halaman. Hal itu justru membuahkan refleksi dalam diri Reman terhadap negeri sendiri dan menyayangkan kenapa dengan segala potensinya yang membanggakan nyatanya kondisi masyarakat Indonesia belum bisa lebih baik dalam banyak bidang.
Bersama dengan Maryam Rodja, peneliti hukum yang bekerja di salah satu organisasi non-pemerintah di Jakarta, keduanya menjalin komunikasi jarak jauh yang akhirnya menghasilkan sebuah ide. Maryam memiliki pengalaman dalam penelitian dan pendampingan petani terkait kedaulatan pangan melalui jalur hukum dan kebijakan. Pengalaman itu menjadi titik awal baginya untuk melakukan sesuatu yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
“Berawal dari keresahan yang sama, yaitu kami selalu bertanya-tanya apa yang salah dari Indonesia, negeri yang kaya alam dan banyak penduduknya, tetapi kondisi masyarakatnya tidak sejahtera dan alamnya lambat laun semakin rusak. Hingga pada 2013, dari diskusi panjang, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan perubahan kecil yang nyata. Semua itu bermula dari Desa Sembalun, Lombok,” papar Maryam.
Perubahan
Perubahan yang dilakukan di Desa Sembalun tersebut berasal dari biji kopi. Pada mulanya, desa ini tidak mementingkan biji kopi sebagai komoditas utama usaha pertanian yang mereka lakukan.
“Masyarakat Sembalun cenderung hidup dalam kondisi perekonomian yang baik dan dikenal sebagai penghasil bawang putih tunggal dan jeruk. Lambat laun jeruk dan kopi ditinggalkan, karena di era Orde Baru, pemerintah menggenjot produktivitas bawang putih dengan menggunakan pupuk kimia.
Pada akhir 1990-an, terjadi gagal panen besar-besaran karena tanah menjadi jenuh dan tidak bisa lagi ditanami bawang putih. Selain kondisi pertanian yang memprihatinkan, kondisi pendidikan dan kesehatan juga sama. Hal inilah membulatkan tekad kami untuk melakukan perubahan di desa ini,” terang Maryam.
Tujuan mereka untuk membangun Desa Sembalun bisa tersampaikan ke masyarakat desa. Kemudian, mereka dibantu oleh petani lokal yakni Wathan dan Edison yang sangat peduli terhadap kondisi pertanian di Sembalun untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh desa ini, terutama kopi.
Dinamakan Kopi Pahlawan karena adanya niat dan harapan agar melalui kopi, petani Sembalun dapat menjadi pahlawan bagi kemajuan desanya. Dalam memproses Kopi Pahlawan, Baraka Nusantara dan para petani Sembalun berupaya menjaga nilai-nilai yang adil bagi manusia dan alam.
Bukan proses yang mudah mengingat para petani ini masih dipersulit oleh sistem yang ada, contohnya masih adanya sistem tengkulak yang malah sangat merugikan mereka. Meski demikian, bersama Baraka Nusantara, mereka mencoba menerapkan disiplin tani dengan menerapkan sistem organik, memberlakukan petik merah, memberikan upah yang layak, tidak mempekerjakan anak, tidak mengebor air tanah, dan mengolah limbah yang dapat dimanfaatkan kembali.
Meski baru berjalan 3 tahun, keberadaan Kopi Pahlawan secara pelan tetapi pasti tak henti-hentinya diperkenalkan oleh Maryam dan rekan-rekan lain yang tergabung dalam Baraka Nusantara. Ini semua dilakukan agar petani di Sembalun dapat hidup lebih sejahtera dari hasil pertanian yang mereka olah. [ACH]