Hari ini, Haura girang sekali. Ibu memberi kabar, hari Kamis besok, Haura akan diajak ke Kotagede, Yogyakarta. Ayah Haura akan bertugas selama beberapa hari di sana. Ayah mengajak Haura dan ibu turut serta. Rencananya, setelah ayah selesai bertugas, mereka akan jalan-jalan di seputaran Kotagede.

Kamis Pagi, Haura sekeluarga bertolak dari Ngawi ke arah Kotagede. Setelah kurang lebih lima jam perjalanan, Haura dan keluarganya sampai di tempat tujuan. Ayah segera memarkir mobil di hotel yang telah dipesan.

“Haura dan ibu menunggu di hotel dulu, ya. Siang ini, Ayah harus rapat. Besok hari Minggu, baru kita bisa jalan-jalan,” kata ayah setelah mereka selesai makan siang.

“Baik, Ayah” jawab Haura.

Haura melihat suasana di sekeliling hotel. Hari itu, ia menghabiskan waktu menonton TV di kamar dan berenang di kolam renang hotel.

Hari berikutnya Haura mulai merasa bosan. “Bu, kapan kita jalan-jalannya?” tanya Haura tak sabar.

“Ayah kan, sudah bilang, hari Minggu sayang.”

“Tapi, Haura bosan di hotel terus, Bu.”

Ibu terdiam sejenak. Lalu berkata, “Bagaimana kalau kita pergi ke Pasar Legi di Kotagede ini. Di sana banyak menjual makanan khas Kotagede lho.”

“Hore…, ” sorak Haura.

Ibu Haura memang sudah tidak asing dengan Pasar Legi Kotagede. Semasa kuliah di Yogyakarta dahulu, Ibu indekos di daerah yang tak jauh dari pasar ini.

Setelah meminta izin kepada ayah lewat pesan di telepon genggam, ibu dan Haura segera ke Pasar Legi.

“Wah, ramai sekali pasarnya, Bu,” kata Haura.

“O, ibu baru ingat. Hari ini kan, Jumat Legi. Jadi, setiap pasaran Legi, pasar akan lebih ramai dari biasanya,” jelas ibu.

Ibu menggandeng tangan Haura menuju ke salah satu kios di dalam pasar. Terlihat seorang nenek tua dengan dagangannya.

“Nek, kiponya Rp 20 ribu, ya,” ucap ibu kepada nenek penjual kipo.

Setelah mendapat kipo, ibu dan Haura kembali ke hotel.

“O, jadi makanan ini namanya kipo ya, Bu?” tanya Haura setelah membuka bungkusan yang mengeluarkan aroma agak sangit itu.

“Iya. Cobain, deh”.

Haura kemudian mengambil satu kipo dan memasukkan ke mulutnya.

Hemm, enak banget Bu,” kata Haura sambil terus mengunyah kipo. Haura pun mengambil lagi kipo, lagi dan terus lagi. Ternyata ia suka makanan tersebut.

“Haura, ingat sisakan buat Ayah.  Ayah juga belum pernah makan kipo, lho,” kata ibu.

Haura tersenyum malu, ia menyisihkan sedikit Kipo untuk ayah.

“Kiponya lezat sekali. Besok, kalau pulang ke Ngawi, kita beli Kipo yang banyak untuk oleh-oleh ya, Bu?” pinta Haura. Ibu pun mengangguk.

Ibu merasa senang Haura menyukai kipo, salah satu makanan tradisional khas Kotagede, Yogyakarta. Karena dengan menyukai makanan tradisional, berarti secara tidak langsung kita turut serta melestarikan kekayaan budaya bangsa. *

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur

Penulis: Atik Setyowati
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)