Hari kemerdekaan menjadi momen amat penting bagi bangsa Indonesia. Setelah melalui perjalanan panjang dan perjuangan berat yang luar biasa, 17 Agustus 1945 menjadi puncak pernyataan kemerdekaan yang menunjukkan Indonesia terbebas dari belenggu penjajah.

Seluruh Nusantara dari ujung Sabang hingga Merauke merayakan hari penting ini dengan berbagai cara. Ada yang memperingatinya dengan menggelar upacara pengibaran bendera Merah Putih, karnaval budaya, perlombaan tradisional khas 17 Agustus, serta pentas seni. Tujuannya tentu saja agar generasi muda tetap merasakan napas perjuangan yang telah dilakukan para pendahulu dan pejuang sejati bangsa.

Generasi masa kini yang belum terlalu mengenal sosok pejuang (dalam hal ini Soekarno) pun dapat menyelami cita-cita Sang Proklamator melalui buku-buku atau menonton film-film yang menggambarkan perjuangan meraih dan memproklamasikan kemerdekaan.

Saat ini, di bioskop tengah diputar film dokumenter berjudul Pantja-Sila: Cita-cita & Realita yang merupakan gagasan aktor senior Tio Pakusadewo dan didukung produser senior Tino Saroengallo. Melalui film ini, Tio “membunyikan” kembali Pidato Soekarno dalam Sidang Badan Usaha Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.

Pidato itu kemudian dicatat oleh sejarah sebagai pidato kelahiran Pancasila dan kemudian secara resmi dinobatkan oleh pemerintah sebagai Hari Lahir Pancasila. Melalui film ini, anak bangsa yang hidup dalam abad ke-21 bisa mendengar isi pidato yang disampaikan Soekarno di depan sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Dibacakan spontan dari untaian kata yang sudah terbentuk belasan tahun di dalam benaknya itu.

Wujudkan dalam kehidupan sehari-hari

Tak hanya menyelami makna dan napas kemerdekaan yang digaungkan para pejuang dan Proklamator, generasi muda juga dapat melakukan banyak hal untuk mengisi dan memaknai arti kemerdekaan dengan langkah nyata. Tentu saja bukan lagi dalam bentuk perjuangan fisik, melainkan lebih pada melakukan banyak hal berguna agar Indonesia memiliki kemerdekaan dalam arti yang sesungguhnya.

Bangga pada produk dalam negeri menjadi salah satunya. Yusuf (13), salah satu pelajar SMP negeri di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, merasa sangat bangga jika menggunakan produk lokal yang berkualitas. Baginya, menggunakan produk buatan asli Indonesia akan memajukan perekonomian negara dan sekaligus mempromosikan hasil karya anak negeri. “Produk buatan dalam negeri tidak kalah, kok, jika dibandingkan produk buatan impor,” ujarnya lagi.

Apa yang dikatakan Yusuf memang cukup beralasan mengingat kini cukup banyak artis luar negeri yang mengenakan batik, kain khas dari Indonesia. Bahkan, mereka mengenakannya dalam bentuk busana resmi pada acara formal di atas red carpet. Hal ini tentu saja cukup membanggakan dan menunjukkan bahwa karya anak negeri juga dapat berdiri sejajar dengan karya desainer mancanegara.

Lain lagi cara Avisena (12) memaknai kemerdekaan. Baginya, memajukan sektor pendidikan menjadi salah satu cara untuk menunjukkan kemampuan Indonesia di mata dunia luar. Bukan sekadar menggali potensi dalam diri untuk tampil berprestasi, Avisena juga menekuni bela diri pencak silat untuk melestarikan akar budaya Indonesia. Baginya, budaya asli Indonesia jangan sampai punah.

“Jangan tergiur untuk mempelajari budaya asing dan meninggalkan akar budaya yang melekat pada diri kita. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya?” ujar Avisena.

Pastinya, segala hal positif harus dipertahankan dan yang negatif harus dibuang. Bahkan, tindakan sederhana seperti menghormati dan berbagi dengan orang lain pun bisa mengharumkan kemerdekaan Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri atas suku, ras, dan agama yang berbeda. Apa jadinya jika perbedaan tersebut tidak disikapi dengan rasa saling menghormati?

Sebagai generasi muda, kita harus dapat mempertahankan dan memaknai arti kemerdekaan dengan cara yang tepat. Setiap generasi muda Indonesia bisa menjadi duta budaya Indonesia di mana pun ia berada. Kita bisa membantu mengenalkan Indonesia dengan mengenalkan budaya dan kesenian tradisional Indonesia kepada masyarakat internasional. Bagaimanapun, budaya menjadi bagian penting dan tidak bisa dilepaskan dari nama suatu bangsa. Bagaimana dengan Anda, wahai generasi muda? [AYA]

Berapa banyak Anda kenal dengan pahlawan nasional kita? Yuk kenali tokoh-tokoh pahlawan berikut ini