Sudahkah menggosok gigi dengan benar? Lagu masa kanak-kanak mengingatkan kita menggosok gigi ketika mandi. Bukan asal menggosok gigi, tetapi harus dilakukan dengan benar.Kebiasaan gosok gigi dengan benar ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil warga Indonesia. Padahal, gigi dan mulut adalah pintu gerbang masuknya virus dalam tubuh.

Kesehatan gigi dan mulut rupanya belum menjadi prioritas. Sebuah riset menyebutkan, kebiasaan menggosok gigi yang benar hanya dilakukan oleh 2,3 persen penduduk Indonesia. Sekitar 267.000 penduduk mengalami masalah gigi dan mulut.

Kebiasaan menggosok gigi

Masalah gigi dan mulut tidak luput dari kebiasaan menggosok gigi. Sebanyak 76,6 persen penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi dan sore. Mereka menggosok gigi justru pada saat mandi. Padahal, disarankan setelah makan pun gosok gigi. Provinsi dengan proporsi tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 98 persen. Proporsi terendah ditempati Papua, sebesar 49,6 persen.

Menggosok gigi yang benar berdasarkan waktu sebaiknya dilakukan minimal dua kali sehari, yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Fungsi menggosok gigi adalah menghambat berkembangnya bakteri dalam mulut. Karena dalam waktu 4 jam, bakteri yang bercampur dengan makanan akan menimbulkan plak.

Selain soal waktu, gerakan menyikat gigi juga harus benar. Gerakan sikat gigi sebaiknya memutar secara perlahan sampai bersih. Gerakan maju-mundur dilakukan pada permukaan kunyah atau gigi geraham. Kemudian, untuk bagian dekat langit-langit lidah dilakukan gerakan mencungkil. Sebagai penutup, sikat permukaan lidah.

Cara di atas dapat mengurangi tingkat keparahan gigi. Indeks tingkat keparahan gigi masyarakat Indonesia 2013 dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) adalah 4,6 persen. Artinya, kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang. Angka ini tidak jauh berbeda dengan survei Riskesdas yang dilakukan 2007, yaitu sebesar 4,8 persen

Sumber penyakit

Kebersihan gigi dan mulut menjadi prioritas untuk mencegah bakteri berkembang. Jika sisa makanan terselip tidak dibersihkan, akan memudahkan bakteri berkembang. Bakteri dalam mulut adalah sumber penyakit. Penyakit yang ditimbulkan antara lain radang gusi, gusi berdarah, karies, dan gigi berlubang. Bahkan jika sudah tahap kronis, bisa menjadi kanker mulut.

Data Riset Kesehatan Daerah 2007 menyebutkan sebanyak 75 persen penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi. Penyakit ini hasil dari perilaku menyikat gigi dan yang kondisinya berbeda karena berbagai hal, seperti gender, kondisi ekonomi, pendidikan, dan daerah tempat tinggal.

Dari status gender, perempuan lebih baik perilaku menyikat giginya ketimbang laki-laki. Semakin tinggi pendidikan, semakin baik perilaku menyikat gigi yang benar. Jika menurut tempat tinggal, warga yang tinggal di perkotaan lebih baik dari warga yang tinggal di pedesaan.

Proporsi kelompok usia yang paling tinggi mengalami masalah gigi dan mulut adalah pada usia produktif (35–44 tahun). Dalam usia produktif, mereka terbilang acuh. Kegiatan rutin yang menyita waktu dari pagi hingga malam hari mengurangi intensitas mereka memperhatikan kesehatan gigi. Yang biasa dilakukan hanyalah menggosok gigi secara rutin. Hal itu diperparah jika tidak dilakukan dengan cara yang benar.

Ada baiknya sedia payung sebelum hujan, lebih baik mencegah daripada mengobati. Kebersihan gigi dan mulut dapat kita mulai dengan rajin menggosok gigi dengan benar, minimal 2 kali dalam sehari. Mengganti sikat gigi minimal 3 bulan sekali. Terakhir, selalu periksakan gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali. Mari menjaga kesehatan gigi! (PUTRI ARUM SARI/LITBANG KOMPAS)

 Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 7 Juli 2015