Gangguan pola makan (eating disorder) bisa menyerang siapa saja. Meskipun demikian, gangguan pola makan mayoritas dialami kaum perempuan. Tekanan sosial atau aspek psikologis memengaruhi perilaku makan seseorang. Misalnya, keinginan menjadi langsing atau tekanan dari teman-teman sebaya (peer group).

Bisa jadi Anda atau orang-orang di sekitar Anda mengalami gangguan pola makan. Indikasinya beragam, sesuai dengan jenis gangguan pola makan. Langkah-langkah untuk menanganinya pun berbeda-beda. Mari simak beberapa jenis gangguan pola makan.

“Binge eating”

Ini adalah gangguan pola makan seseorang yang selalu merasa bersalah ketika makan banyak. Seseorang bisa jadi makan seperti biasa, tetapi setelah makan, orang tersebut merasa tertekan atas makanan yang dimakan. Indikasi lainnya, seseorang kerap makan saat merasa tidak lapar atau untuk menjawab rasa yang tidak nyaman.

Bulimia nervosa
Seseorang yang mengalami bulimia nervosa tampak mengonsumsi makanan seperti biasa. Namun, siapa sangka bila diam-diam ia memuntahkan kembali makanan yang ia makan? Biasanya perilaku ini dipicu keinginan untuk menurunkan berat badan, tetapi ada keinginan untuk ingin makan dalam porsi yang sama.

Pelarian stres

Asupan makanan yang meningkat saat mengalami kejatuhan mental seperti stres atau depresi juga tergolong sebagai gangguan pola makan. Gangguan pola makan ini kerap disebut emotional eating. Faktor-faktor seperti patah hati atau gagal mencapai tujuan tertentu bisa menjadi pemicu emotional eating.

Anoreksia
Berbeda dengan bulimia, anoreksia merupakan ketakutan seseorang menjadi gemuk. Mereka menginginkan tubuh yang ideal. Berbagai cara dilakukan agar berat badan terjaga, termasuk memuntahkan kembali makanan yang telah dikonsumsi atau menggunakan obat pencahar berlebihan.

Gangguan makan kompulsif
Perilaku yang satu ini agak unik. Seseorang biasanya sukar berhenti makan karena terus-menerus merasa lapar. Jadi, meskipun sudah makan, seseorang ingin terus makan dan makan lagi. Gangguan pola makan ini juga disebut compulsive overeating.

Sindrom makan malam

Orang yang mengalami sindrom ini biasanya ingin mempunyai tubuh yang langsing. Namun, bukan berdiet sehat, seseorang justru menunda waktu makan dan hanya makan pada malam hari. Jadi, meskipun seseorang telah tertidur pada malam hari, ia kerap terbangun untuk makan atau mencari camilan. Cara ini justru membuat berat badan meningkat.

Pika

Dibandingkan semua gangguan pola makan, pika tergolong unik. Seseorang yang mengalami pika terdorong untuk mengunyah benda-benda yang tidak layak untuk dimakan. Tidak hanya makan, seseorang bisa saja hanya ingin mengunyah atau menjilati suatu barang. Misalnya, kebiasaan makan bedak wajah. [*/MIL]

foto: Tommy Budi Utomo