Menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu cara terbaik mencegah penyebaran kuman dan penyakit. Tak hanya bagi individu, mengajarkan pentingnya cuci tangan bahkan dapat menolong sebuah masyarakat untuk tetap sehat.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2013 BPS, mencuci tangan belum menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia. Hanya sepertiga responden (34,2 persen) yang mencuci tangan setelah memegang hewan. Begitu juga mencuci tangan sesudah menceboki bayi hanya dilakukan 28,09 persen responden. Bengkulu merupakan provinsi dengan persentase terendah dalam hal mencuci tangan sesudah menceboki bayi. Sementara itu, pada aktivitas sebelum makan atau menyuapi anak, persentase terendah ditempati oleh Provinsi Sumatera Barat.
Terdapat berbagai aktivitas yang diharuskan mencuci tangan sebelum atau sesudahnya. Di antaranya sebelum menyiapkan makanan, setelah dari kamar mandi, mengganti popok, menyentuh hewan, dan memegang daging mentah. Feses, baik dari manusia maupun hewan, merupakan sumber kuman penyebab diare serta infeksi saluran pernapasan, kulit, dan mata. Satu gram feses dapat mengandung 1 triliun kuman. Dapat dibayangkan jika kita tidak mencuci tangan setelah buang air besar.
Kuman-kuman tidak hanya berada di tangan setelah kita menggunakan toilet, tetapi juga saat mengganti popok bayi atau memegang daging mentah. Kuman juga dapat berpindah ke tangan apabila kita menyentuh benda yang sebelumnya terdapat orang batuk atau bersin di atasnya. Selain itu, kuman bisa berada di makanan dan minuman yang berasal dari tangan yang tidak dicuci oleh orang yang mempersiapkannya.
Ketika pindah ke tangan lalu kita tidak mencuci tangan, kuman bisa berpindah dari orang ke orang. Kita sering tanpa sadar menyentuh mata, hidung dan mulut. Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, dan mulut serta membuat kita jatuh sakit. Hal-hal sederhana juga bisa menjadi obyek perpindahan kuman seperti saat bersalaman, menyentuh meja kerja, atau memegang mainan anak.
Minim cuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun dapat menghilangkan hampir seluruh risiko kuman yang ada di tangan. Bersih dari kuman artinya mencegah kita dari penyakit. Catatan data kesehatan menunjukkan, mengajarkan manfaat cuci tangan ke masyarakat dapat mengurangi angka diare sebanyak 31 persen, mengurangi penyakit diare pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sebanyak 58 persen dan mengurangi penyakit pernapasan seperti flu sebanyak 21 persen.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air hanya 20 detik. Jika tidak tersedia, gunakanlah hand sanitizers dengan kandungan alkohol minimal 60 persen. Yuk, luangkan sedikit waktu untuk mencuci tangan demi kesehatan bersama. (GRH/Litbang Kompas)
Â
Â
Persentase penduduk yang mencuci tangan dengan air dan sabun menurut aktivitas sehari-hari
Aktivitas | Persentase |
Sesudah buang air besar/kecil | 65,83% |
Sesudah menceboki bayi | 28,09% |
Sebelum makan atau menyuapi anak | 37,78% |
Setelah memegang hewan | 34,17% |
Setelah bermain di tanah | 42,37 % |
Persentase Provinsi Tertinggi dan Terendah dalam mencuci tangan dengan air dan sabun
Aktivitas | Tertinggi | Terendah |
Sesudah buang air besar/kecil | DKI Jakarta (82,26%) | Sumatera Barat (41,54%) |
Sesudah menceboki bayi | Kepulauan Riau (41,69%) | Bengkulu (18,18%) |
Sebelum makan atau menyuapi anak | Sulawesi Utara (57,51%) | Sumatera Barat (19,49%) |
Setelah memegang hewan | Kepulauan Riau (48,45%) | Nusa Tenggara Barat (21,13%) |
Setelah bermain di tanah | Kalimantan Tengah (56,64%) | Papua (31,13%) |
Â
Sumber: Litbang Kompas/GRH, diolah dari Statistik Kesehatan BPS 2013
noted: kebiasaan mencuci tangan