Ada tren pindah kerja yang tengah menjangkiti para karyawan muda. Sejumlah perusahaan melaporkan karyawan muda potensialnya begitu gampang mengajukan pengunduran diri. Alasannya, apalagi kalau bukan ingin mencari gaji yang lebih tinggi di perusahaan lain. Akibatnya, perusahaan harus mencari lagi karyawan baru. Ini tentu membuang waktu dan energi perusahaan.

Meski ada iming-iming gaji lebih besar dari tempat lain, apakah karyawan yang doyan berpindah kerja dijamin mendapat penghasilan lebih banyak? Ternyata tidak juga. Laporan penelitian Stanford Graduate School of Business menyebutkan, karyawan yang cenderung tidak setia pada perusahaan akan mendapat masalah keuangan.

Para kutu loncat sesungguhnya akan mendapat penghasilan lebih sedikit dibanding karyawan yang setia pada perusahaan. Penelitian itu mengungkapkan, karyawan yang telah bekerja selama lima tahun di perusahaan yang sama rata-rata menerima kenaikan gaji tahunan delapan persen. Sementara para kutu loncat hanya akan menerima kenaikan gaji tahunan lima persen.

Peneliti Stanford mengatakan, sering berpindah kerja untuk mengejar gaji yang lebih tinggi tidak disarankan. Perusahaan juga diminta untuk mencermati calon karyawan yang mengaku menerima gaji besar di perusahaan sebelumnya. Jika karyawan tersebut pernah menerima gaji besar karena prestasi atau ketekunannya di satu-dua perusahaan saja, ini lebih baik. Lain halnya jika calon karyawan itu menerima gaji besar karena ia sering berpindah kerja, bisa diduga ia seorang oportunis.

Berpindah kerja selama dilandasi niat untuk mencari tantangan lebih boleh-boleh saja. Seorang karyawan yang ingin mengekspresikan diri lewat pekerjaannya tentu termotivasi untuk total dalam bekerja. Ini berbeda dengan karyawan yang hanya mengejar materi dalam rupa gaji besar.

Perusahaan yang mapan dan mampu membayar gaji besar umumnya sangat selektif dalam memilih calon karyawannya. Mereka cenderung akan memilih calon karyawan berpengalaman yang setia dibanding kutu loncat. Selain itu, bekerja tanpa menaruh minat pada pekerjaan hanya akan membuat karyawan tidak total bekerja. [*/TYS]

foto: shutterstock