Diam-diam mematikan. Itulah gambaran singkat tentang kanker hati, salah satu jenis kanker dengan angka kematian tertinggi di dunia. Gejalanya yang cenderung muncul di stadium lanjut menjadikannya musuh dalam selimut—terlihat tenang, tapi bisa berakibat fatal jika tidak diwaspadai sejak dini.

Menurut data dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN), pada tahun 2022, Indonesia mencatat lebih dari 23.000 kematian akibat kanker hati, meningkat tajam dibanding tahun 2020. Ini menjadikannya salah satu masalah kesehatan yang mendesak untuk ditangani secara serius.

Apa itu kanker hati? Kanker hati terjadi ketika sel abnormal tumbuh secara tidak terkendali di jaringan hati. Ada dua jenis utama, yaitu kanker hati primer yang berasal langsung dari sel hati, dan kanker hati sekunder, yaitu kanker yang menyebar dari organ lain seperti paru-paru, usus besar, atau payudara.

Jenis yang paling umum adalah karsinoma hepatoseluler (HCC), yang menyumbang hampir 90 persen kasus kanker hati primer. Faktor utamanya? Infeksi hepatitis B dan C kronis, yang menyumbang sekitar 80 persen kasus.

Namun bukan hanya virus yang menjadi tersangka. Gaya hidup tidak sehat juga berperan. Konsumsi alkohol jangka panjang, obesitas, diabetes tipe 2, hingga makanan terkontaminasi jamur penghasil aflatoksin bisa meningkatkan risiko.

Tanda-tanda yang tak boleh diabaikan

Gejala awal kanker hati sering kali samar, atau bahkan tidak muncul sama sekali. Tapi ketika mulai terasa, umumnya kanker sudah masuk stadium lanjut. Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain nyeri di perut kanan atas; berat badan turun drastis; kehilangan nafsu makan; mual, muntah, atau cepat lelah; kulit dan mata menguning (jaundice); serta pembengkakan perut (ascites)

Jika kamu memiliki faktor risiko, seperti riwayat hepatitis kronis atau sirosis, pemeriksaan rutin sangat disarankan. Pemeriksaan seperti USG hati, tes darah AFP, dan pencitraan CT scan atau MRI dapat membantu mendeteksi keberadaan tumor di hati. Untuk memastikan diagnosis, biasanya dilakukan biopsi.

Dr. Foo Kian Fong, Konsultan Senior Onkologi Medis. FOTO DOK CM Kompas/Maya Hastuti

“Diagnosis yang akurat membutuhkan kombinasi pencitraan dan uji laboratorium, tapi konfirmasi akhir tetap perlu biopsi,” jelas Dr Foo Kian Fong, Konsultan Senior Onkologi Medis dari Parkway Cancer Centre, Singapura.

Harapan dari terapi modern

Kabar baiknya, kemajuan teknologi medis telah membuka banyak pilihan pengobatan kanker hati. Mulai dari operasi pengangkatan tumor atau transplantasi hati yang dapat meningkatkan harapan hidup.

Pendekatan ini kini dilakukan secara multidisiplin, artinya pasien akan ditangani oleh tim yang terdiri dari berbagai spesialis sesuai kebutuhannya.

“Jika terdeteksi sejak awal, peluang sembuh sangat besar. Tapi meski sudah lanjut, kombinasi terapi bisa memperpanjang harapan hidup,” kata Dr Foo.

Pencegahan yang bisa dilakukan

Melawan kanker hati tak harus menunggu sampai sakit. kamu bisa mencegahnya sejak sekarang. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain adalah vaksinasi hepatitis B, pemeriksaan rutin jika memiliki riwayat hepatitis atau sirosis, batasi konsumsi alkohol, jaga berat badan ideal, asupan asam lemak omega 3, berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, latihan beban dua kali seminggu untuk mencegah sarkopenia dan memperlambat risiko osteoporosis, serta konsumsi makanan bersih dan sehat.

Mengenali risiko dan bertindak sejak dini adalah kunci. Kanker hati memang berbahaya, tapi bukan tanpa harapan. Dengan pengetahuan, deteksi dini, dan teknologi pengobatan yang terus berkembang, kita bisa mengubah ancaman menjadi kendali—dan menjalani hidup yang lebih sehat dan panjang.