Setelah euforia moda raya terpadu (MRT) Jakarta, kita akan segera menikmati layanan kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jabodebek. Jika MRT hanya melayani kawasan Jakarta, LRT akan mencakup jangkauan lebih besar lagi yaitu Jabodebek. Berikut ini informasi tentang apa itu LRT, progres, rute, hingga tarifnya.

Baca juga: Pengalaman Naik MRT Jakarta dari Lebak Bulus ke Senayan

Apa itu LRT?

Mengutip dari laman LRT Jabodebek , LRT adalah moda layanan transportasi yang mengoperasikan kereta penumpang di atas rel ringan. Ringan dalam konteks di sini maksudnya yaitu, “diperuntukkan bagi beban ringan dan gerakan cepat”, bukan mengacu pada berat fisik.

Oleh sebab itu, LRT nantinya bekerja dengan konsep memindahkan penumpang lebih banyak melalui operasi rute yang lebih banyak. Jangkauan LRT juga biasanya hanya melayani rute perkotaan seperti dari satu tempat di Jakarta ke tempat lain di dalam Jakarta dan rute lintas perkotaan. Istilahnya rute layanan urban dan interurban.

LRT Jabodebek dibangun untuk mengurangi kepadatan kendaraan yang masuk Jakarta dari kota-kota satelit di sekitar. Moda transportasi ini akan meminimalkan kemacetan di tol Jakarta–Cikampek dan Jagorawi.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan, pembangunan LRT Jabodebek merupakan salah satu program prioritas nasional. Terutama untuk menjawab tuntutan masyarakat akan transportasi umum yang aman, nyaman, dan memiliki ketepatan waktu yang tinggi.

Pembangunan

Proyek LRT Jabodebek dibagi dalam dua tahap. Saat ini, proyek LRT Jabodebek yang sedang berjalan adalah tahap 1 yang diperkirakan akan rampung tahun 2019. Adapun LRT Jabodebek tahap I, terdiri dari 3 lintas layanan yaitu Lintas Layanan 1 Cawang–Cibubur, Lintas Layanan 2 Cawang–Kuningan–Dukuh Atas, serta Lintas Layanan 3 Cawang–Bekasi Timur.

Hingga April 2019, pembangunan proyek LRT Jabodebek sudah mencapai 60 persen. Capaian tersebut merupakan rata-rata dari beberapa rute. Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Harto merinci, lintasan Cibubur–Cawang 85 persen, Bekasi Timur–Cawang 60 persen, dan Cawang–Dukuh Atas sekitar 40 persen.

Selanjutnya, pada Juli 2019 akan dilakukan uji coba kereta LRT Jabodebek untuk lintasan Cibubur-Cawang. Kereta LRT Jabodebek yang dipesan dari INKA akan mondar-mandir di jalur tersebut. Nantinya, ada 32 trainset kereta yang beroperasi melayani penumpang LRT Jabodebek.

 Konstruksi

Pembangunan LRT Jabodebek tahap 1 dengan 3 rute lintas pelayanan Cawang–Cibubur, Cawang–Dukuh Atas–dan Cawang Bekasi Timur menghabiskan total biaya konstruksi sekitar Rp 22 triliun atau setara dengan Rp 513,8 miliar per kilometer sepanjang 44,3 kilometer dengan struktur melayang.

Selain LRT Jabodebek, pemerintah telah membangun prasarana kereta lainnya di Indonesia, seperti LRT Palembang yang terletak di Sumatera Selatan dengan total biaya konstruksinya mencapai sekitar Rp 10 triliun atau sebesar Rp 466,6 miliar per kilometer sepanjang 23,4 kilometer dengan struktur melayang.

Tak hanya itu, pemerintah juga membangun LRT Jakarta yang menghubungkan Kelapa Gading dengan Velodrome (Rawamangun) dengan total biaya konstruksi sekitar Rp 5 triliun atau sebesar Rp 1 triliun per kilometer sepanjang 5,8 kilometer dengan struktur melayang.

Kenapa lintasan LRT rata-rata dibuat melayang? Salah satu pertimbangannya yaitu, banyaknya JPO dan fly over yang dilewati pada tiga lintas pelayanan LRT Jabodebek tahap 1 yaitu Cawang–Cibubur, Cawang–Dukuh Atas, dan Cawang–Bekasi.

Pertimbangan lainnya untuk menghilangkan perlintasan sebidang dengan jalan yang sering mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Selain itu, lintasan dibuat melayang agar meminimalkan pembebasan lahan karena lintasan sejajar dengan tanah atau at grade membutuhkan biaya yang lebih besar.

Rute

LRT Jabodebek tahap I terdiri atas tiga rute lintas layanan, yaitu Lintas Layanan 1 Cawang–Cibubur, Lintas Layanan 2 Cawang–Kuningan–Dukuh Atas, Lintas Layanan 3 Cawang–Bekasi Timur. LRT Jabodebek tahap II terdiri atas 3 lintas layanan yaitu Lintas Layanan 4 Dukuh Atas–Palmerah–Senayan, Lintas Layanan 5 Cibubur–Bogor dan Lintas Layanan 6 Palmerah–Grogol.

Letak stasiun LRT Jabodebek tahap I untuk lintas layanan Cawang–Kuningan–Dukuh Atas memiliki panjang 11,5 kilometer, dengan tujuh lokasi stasiun pemberhentian. Enam stasiun pemberhentian tersebut antara lain, Ciliwung, Cikoko, Kuningan, Rasuna Said, Setiabudi, dan Dukuh Atas.

Sementara itu, Lintas layanan Cawang–Bekasi Timur memiliki panjang 18,5 kilometer dan memiliki 7 lokasi stasiun. Adapun lokasi stasiun tersebut berada di Halim, Jatibening Baru, Cikunir 1, Cikunir 2, Bekasi Barat, dan Jatimulya (Bekasi Timur).

Persinyalan

LRT Jabodebek direncanakan menggunakan sistem persinyalan kereta moving block. Sistem persinyalan ini bekerja dengan mengeblok zona di masing-masing kereta. Hal ini membuat sistem mampu melakukan identifikasi posisi kereta dengan cepat dan tepat. Penerapan sistem moving block akan berdampak pada jarak antarkereta sehingga memperpendek jarak kereta yang tengah beroperasi.

Foto-foto: dokumen LRT JABODEBEK

Sistem ini juga berpengaruh pada headway atau frekuensi maupun jarak lalu lintas kereta yang ingin dicapai sehingga memengaruhi kapasitas angkut dengan headway 2–3 menit. Sistem persinyalan moving block akan terhubung dengan sinyal pusat dan sinyal kereta sehingga sistem ini dapat lebih unggul dibandingkan dengan fixed block. Saat ini, yang menggunakan sistem moving block di Indonesia adalah LRT Jabodebek dan MRT Jakarta. Sementara itu, sistem fixed block digunakan oleh KRL, LRT Palembang, dan LRT Jakpro.

 Tanpa pengemudi

LRT Jabodebek akan didesain menggunakan tingkat otomasi grade of automation (GoA) level 3. Pada GoA 3, kereta beroperasi, bergerak, dan berhenti secara otomatis tanpa driver, tetapi tetap ada train attendant pada operasi penutupan pintu dan gangguan. Tak jauh berbeda dengan GoA 3 dan GoA 4, pada level ini seluruh sistem operasi kereta sudah bergerak secara otomatis.

Demi menjaga headway kereta 3 menit, LRT Jabodebek menggunakan GoA 3 untuk sistem operasinya. Hal ini membuat ketika LRT beroperasi dapat mencapai keakuratan waktu dengan perjalanan yang cukup singkat.

Tarif

Kepala Divisi LRT Jabodebek PT KAI (Persero) John Roberto mengatakan jika nantinya siap dioperasikan, tarif yang akan ditetapkan Rp 12 ribu. “Penetapan tarif Rp 12 ribu itu dilihat dari tarif keekonomian kita. Kalau kita hitung (tarif LRT Jabodebek) sekitar Rp 30 ribu, tetapi pemerintah memandang masyarakat itu mampu Rp 12 ribu flat sekali jalan,” kata John.

Baca juga: Berkenalan dengan MRT Jakarta: Sejarah, Rute, dan Tarifnya

Setelah beroperasi nanti, LRT Jabodebek memiliki kapasitas 750 sampai 1.200 penumpang dalam sekali jalan. Hal ini membuat target kapasitas sehari dapat mengangkut 15 ribu penumpang dapat tercukupi.

Selain itu, John memastikan LRT Jabodebek sudah direncanakan dapat terintegrasi dengan moda lainnya sehingga memudahkan penumpang. Salah satu moda transportasi yang sangat mungkin terintegrasi dengan LRT Jabodebek yaitu kereta rel listrik (KRL). Selain KRL, tak menutup kemungkinan LRT akan terintegrasi juga dengan MRT hingga KA Bandara.