Semakin dipaksa, semakin enggan. Itulah yang kerap terjadi pada anak-anak. Terlebih jika dicekoki buku. Alih-alih membuat anak mencintai buku, bisa jadi proses itu justru menimbulkan trauma yang selalu dihindari.
Pertanyaannya, mengapa harus mencintai buku? Berbagai survei mengungkap efek positif dari kebiasaan membaca terhadap perkembangan kognitif, bahasa, dan kemampuan berpikir logika. Hal ini tak hanya membantu saat anak belajar, tetapi juga dalam setiap segi kehidupan.

Lantas, bagaimana cara tepat membantu anak belajar mencintai buku, yang disebut sebagai gudang ilmu pengetahuan dan menjadi jendela dunia tanpa harus beranjak dari kursi?

Memberi contoh
Ibarat pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, perilaku anak umumnya mengimitasi kebiasaan orangtuanya. Tanpa harus banyak menasihati atau menyuruh anak membaca buku, dengan sering membaca buku saat mengisi waktu luang di rumah lama-kelamaan membuat anak “tertular”. Mereka akan mengadopsinya sebagai bagian dari gaya hidup.

Eksplor
Usahakan untuk memberi kebebasan pada anak membaca berbagai jenis buku selama tetap sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Buku-buku klasik memang menjadi salah satu buku wajib baca bagi anak untuk mengasah imajinasi, kemampuan bertutur, maupun memperbanyak perbendaharaan kata. Di dalamnya juga banyak nilai bijak yang bisa disimak. Kendati demikian, bukan berarti anak tak diperbolehkan membaca novel-novel populer.

Seorang pemerhati pendidikan anak dari AS mengatakan, yang utama adalah menumbuhkan rasa cinta pada buku. Mengeksplor berbagai jenis buku bacaan diyakini akan semakin menciptakan kenginan untuk terus membaca.

Rutinitas
Usahakan untuk setidaknya membaca buku minimal 30 menit per hari. Akan lebih nyaman jika Anda membaca bersama anak. Jika anak belum bisa membaca, bacakanlah untuk mereka. Jika anak sudah lancar membaca, tak ada salahnya duduk bersama di satu tempat dan membaca buku masing-masing. Kebersamaan tetap terasa, anak pun merasa nyaman. [ADT]

foto: shutterstock