Siapa yang tak menyukai celana jeans? Paling tidak satu atau dua potong jeans masuk koleksi favorit Anda. Tak disangkal bahwa denim yang ditemukan pada abad ke-19 menjadi inovasi yang sukses dan menjadi bahan pakaian yang digemari di setiap rentang masa. Bisa dikatakan, jeans menjadi ikon budaya pop yang dikenakan sebagian besar warga dunia.

Menariknya, untuk mengetahui berapa banyak orang di dunia yang gemar memakai jeans, seperti diberitakan situs BBC, seorang antropolog asal Inggris, Daniel Miller, tergugah melakukan penelitian. Untuk membuktikannya, Miller menyusuri berbagai negara di dunia, mulai dari Filipina hingga Brasil. Hasilnya, dia menemukan bahwa hampir dari setengah populasi penduduk di setiap negara yang dikunjunginya mengenakan jeans pada hari-hari tertentu.

Sebelum lebih mengenal perjalanan si elemen mode ikonik itu, ada perbedaan mendasar antara istilah jeans dan denim. Jeans adalah celana jadi berbahan denim. Sementara itu, denim adalah bahan celana jeans dari katun twill atau yang memiliki campuran wol.

Berbekal bahan katun tebal yang aslinya ditenun di Nimes, Perancis, seiring bergulirnya waktu denim kian populer. Istilah denim berasal dari bahasa Perancis, de Nimes, yang berarti dari Nimes.

Namanya kian bergaung karena pada era 1850-an berkat Levi Strauss, pengusaha pakaian kelahiran Bavaria, Jerman, yang memopulerkan blue jeans. Dia menemukan, denim ternyata cocok menjadi bahan pakaian pekerja tambang. Kini, denim tak hanya menjadi bahan celana, tapi juga dapat dijumpai pada jenis pakaian lainnya.

Perjalanan panjang

Melirik sejarah singkatnya, setelah bermigrasi ke Amerika, Strauss awalnya ikut berburu emas pada masa Gold Rush di 1849. Namun, ia mencoba peruntungan lain dengan menciptakan jeans berpaku tembaga yang disebut waist overalls untuk ditawarkan kepada para pencari emas California, Amerika.

Disarikan dari situs web www.historyofjeans.com, celana jeans buatan Strauss memiliki ciri khas berupa kantung kecil di sebelah kanan atas celana yang digunakan untuk menyimpan hasil tambang (biji emas).

Strauss juga melengkapi jeans dengan elemen rivet tembaga, serupa kancing paku yang ditempatkan di bagian kantung dan depan (fly). Kuat dan fleksibel menjadi karakter yang melekat pada celana buatannya.

Berpartner dengan Jacob Davis, lantas dia mendirikan perusahaan Levi Strauss & Co pada 1853 di San Francisco, California, Amerika, dengan merilis produk pakaian jeans dengan merek Leviâ„¢s. Inilah titik awal perjalanan jeans yang ekspansif dan fenomenal. Jeans buatannya kemudian semakin digemari kalangan buruh tambang, sehingga Strauss mematenkan desain pada 1872.

Dikutip dari buku Mode dalam Sejarah: Jaket & Celana karangan Helen Reynolds, pada era 1930-an Amerika identik dengan para koboi yang lihai menunggang kuda menggiring hewan ternak, yang tentunya mengenakan jeans. Jadi, pakaian ini tak lagi semata sebagai pakaian pekerja tambang.

Jeans barulah menjadi simbol antigaya terutama di benua Amerika pada 1950-an. Pada era itu, generasi muda Amerika yang energik dan penuh semangat anti-kemapanan, memakai jeans sebagai pakaian sehari-hari dan digunakan untuk bekerja karena murah dan kuat. Sebagai simbol pemberontakan, jeans juga direpresentasikan lewat pakaian selebritas Amerika. Sebut saja Elvis Presley, Marlon Brando, dan James Dean.

Popularitas jeans kian mendunia. Pada akhir 1960-an hampir semua orang memakai jeans. Kaum muda mulai memberi ciri pada jeans masing-masing. Sementara itu, kaum hipis menjahit motif paisley atau melukis gambar bunga, yang menandakan ciri mereka. Satu dekade kemudian, kaum punk melengkapi jeans dengan robekan dan retsleting. Bahkan, para roker memasangkan jeans dengan t-shirt dan jaket kulit, yang dikenakan saat beraksi di atas panggung.

Saat ini, jeans menjadi primadona dunia mode yang dikenakan anak muda, paruh baya, dan orangtua, baik yang modelnya membentuk tubuh maupun longgar. Bahkan, para perancang kenamaan dunia tak luput memasukkan pakaian berbahan denim ke koleksi mereka. Sebagai contoh Ralph Lauren, Giorgio Armani, dan Victoria Beckham.

Victoria pertama kali memasukkan jaket boxy denim dan celana wide leg denim ke lini koleksi resor terbarunya. Desainer kelahiran Inggris itu bersemangat sebab rancangan tergresnya itu dapat dipadukan mini dress ataupun t-shirt serta menguatkan karakter muda dan bersemangat.

Tahun ini, jeans tetap masuk tren mode. Jeans berpotongan high waist, dengan ankle crop, dan beraksen retro dapat menjadi inspirasi berbusana. Bahkan, menurut fashion blogger Chiara Ferragni dalam situsnya Blonde Salad, Anda dapat menyulap koleksi jeans lama menjadi lebih modis, yaitu tanpa keliman (hem) di bagian bawah. Cukup potong bagian bawah celana jeans dengan gunting, akan memberikan efek natural dan trendi saat dikenakan. [AJG]

Â