Vetsin atau biasa disebut micin kerap dijadikan kambing hitam atas perilaku seseorang yang tidak bisa dimengerti, tindakan bodoh, atau telmi alias telat mikir. Istilah “generasi micin” pun muncul. Namun, apakah vetsin memang seburuk itu dan tidak ada fungsinya?

Sebenarnya, persepsi negatif akan vetsin atau monosodium glutame (MSG) sudah terjadi sebelum era internet populer. Namun, agaknya sekarang resistensi akan penyedap rasa ini kian menguat. Padahal, vetsin merupakan sebuah inovasi di bidang makanan yang mampu memberikan rasa gurih pada makanan. Senyawa glutamat menjadi “pemeran utama” pembuat rasa gurih tersebut.

Awal penciptaan micin

Pada masa kebudayaan Yunani dan Romawi kuno, senyawa glutamat ditemukan pada saus ikan. Maka, saus ikan menjadi salah satu komoditas penting di bidang makanan, selain anggur dan minyak goreng. Ada sebuah studi yang menemukan ada sisa-sisa reruntuhan sejumlah pabrik pengasinan ikan yang memproduksi saus ikan asin.

Seiring zaman, seorang profesor kimia dari Universitas Tokyo Kikunae Ikeda pada 1908 menemukan MSG. Glutamat sendiri berasal dari asam amino umum yang terbentuk alami dari berbagai macam makanan. Tomat, keju, permesan, jamur kering, kecap, buah, dan sayur bahkan ASI memiliki kandungan itu. Fungsi glutamat ini sendiri juga berfungsi untuk mendukung metabolisme fungsi otak dan otot. Sekadar catatan, glutamat terkandung dalam protein dalam tubuh.

Ikeda memisahkan asam amino umum dari rumput laut kering yang digunakan untuk membuat kaldu dashi dalam masakan Jepang dan menambahkan natrium. Kemudian, dia mengubahnya menjadi bubuk yang bisa ditambahkan dalam makanan.

Stigma buruk muncul

Awal dari cap buruk MSG terjadi pada 1968. Mengutip dari Kompas.com, cap buruk MSG dikenal dengan sebutan sindrom restoran China setelah Dr Ho Man Kwok menulis sebuah surat ke New England Journal of Medicine. Surat ini memantik berbagai penelitian mengenai ilmiah besar yang melibatkan manusia dan hewan mengenai efek dari MSG.

Para peneliti pun melakukan percobaan dan hasilnya pun bermacam-macam. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat mencoba mengeksplorasi lebih jauh soal vetsin ini. Penelitian dilakukan pada 130 orang yang menyebut dirinya reaktif terhadap MSG. Jika mereka mengalami satu di antara sepuluh gejala yang ada dalam daftar, mereka akan diuji kembali dengan MSG atau plasebo dalam dosis yang sama untuk melihat konsistensi. Subyek juga akan disuntik dengan dosis yang lebih tinggi untuk melihat gejalanya.

Setelah diuji kembali, hanya 2 dari 130 orang yang reaktif. Namun, saat diuji coba dengan MSG di dalam makanan, hasilnya tidak konsisten dan tidak valid. Melihat hasil ini, FDA mengategorikan MSG dalam kategori generally recognised as safe (GRAS) atau umumnya diakui aman.

Baca juga : Menguak Manfaat Konsumsi Air Hidrogen bagi Kesehatan Tubuh

Tetap aman

MSG dalam kemasan di warung memang tidak asli seperti dari buah-buahan atau sayuran. Tetapi, bukan berarti MSG buatan pabrik itu tidaklah sehat. MSG tersebut diproses dari tetes tebu atau tepung tapioka, bukan dari limbah beracun yang berbahaya. MSG diproduksi melalui fermentasi mikroba yang umum, seperti mengolah makanan seperti tempe, keju, dan tape. Jadi, prosesnya sama sekali tidak berbahaya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun sudah memberikan rekomendasi soal konsumsi vetsin, yaitu 6 gram per hari. Sementara itu, berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 722/Menkes/Per/IX/88, MSG boleh digunakan maksimal 5 gram per hari. Lalu, seberapa banyak konsumsi orang Indonesia yang katanya kebanyakan makan vetsin ini? Rata-rata orang Indonesia hanya mengonsumsi 0,65 gram MSG setiap harinya.

Penggunaan vetsin sendiri mulai dicoba untuk mendukung orang-orang yang hipertensi. MSG dan garam sama-sama mengandung sodium, hanya vetsin memiliki sodium yang lebih rendah. Kandungan sodium di 5 gram garam setara dengan 2 gram MSG. Jadi, 5 gram MSG, sodiumnya hanya 0,6 gram atau 600 miligram. Oleh sebab itu, vetsin sedang dipertimbangkan untuk menggantikan garam bagi penderita hipertensi.

Manfaat MSG lainnya adalah meningkatkan cairan ludah sehingga membuat gampang menelan dan meningkatkan cairan lambung untuk membantu proses pencernaan. Yang pasti, vetsin menguatkan rasa jadi lebih enak dan gurih.

Vetsin atau micin sebenarnya aman saja kalau digunakan masih dalam ambang batas kewajaran dan sesuai rekomendasi pemerintah. Jangankan vetsin, konsumsi apa pun yang melebihi batas kewajaran, pasti memiliki efek samping yang tidak baik. Jadi, jangan lagi menyalahkan vetsin untuk kekurangan seseorang.