Dengan persentase kurang dari 2 persen, jumlah wirausaha di Indonesia terbilang sedikit, apalagi kalau dibandingkan dengan negara lain. Hal ini tentu menyiratkan sebuah potensi atau peluang, termasuk bagi perempuan Indonesia yang hingga kini jumlahnya yang menjadi pengusaha atau profesional masih kurang dari 5 persen dari total jumlah penduduk.

Kita bisa melihat beberapa contoh perempuan yang sukses merintis usaha dan namanya diperhitungkan di beberapa bidang bisnis. Tengok Noni Purnomo (Blue Bird Group), Martha Tilaar (Sariayu), dan Susi Pudjiastuti (pengusaha perikanan yang kini menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan). Mereka bisa menjadi inspirasi tentang gambaran perempuan sukses berbisnis. Namun, kendala yang kerap menghambat adalah permasalahan karakter.

Tidak semua orang bisa mengambil keputusan dengan baik dan tegas. Tidak terkecuali bagi kaum perempuan. Sikap ragu-ragu dan mudah mengubah keputusan dalam waktu singkat tanpa pertimbangan yang jelas perlu dijauhi.

Hal tersebut juga terkait dengan rasa percaya diri seseorang yang rendah atau kurangnya informasi. Apabila seorang perempuan memutuskan menjadi wirausaha, ia perlu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Untuk itu, ketika seorang perempuan menjadi pengusaha, ia perlu terus belajar mengenai hal-hal yang terkait dengan bisnis.

Rasa takut saat akan memulai sesuatu juga bisa menjadi kendala bagi kaum perempuan. Ketakutan kegagalan atau menghadapi masalah berat juga bisa membuat seorang berpikir ulang mengenai usaha yang dirintisnya. Jika tidak memiliki keberanian tinggi dan mengambil risiko, seorang perempuan lebih rentan gagal dalam membangun usaha.

Kemampuan berhitung dan kecermatan juga diperlukan. Pengelolaan keuangan yang baik akan mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Tidak hanya mengenai segi keuangan, manajemen waktu pun perlu dilakukan dengan baik. Waktu yang terbuang sia-sia bisa berarti melewatkan kesempatan atau peluang dalam merintis usaha.

Hal-hal tersebut memang sepertinya terdengar sederhana. Namun, kerap kali orang melupakan atau malah menganggap sepele sehingga bisnis tidak kokoh. Bisa jadi inilah yang menjadi salah satu hambatan dunia wirausaha Indonesia.

Sebenarnya, jumlah wirausaha di Indonesia bisa diperkirakan lebih tinggi karena angka kurang dari dua persen adalah jumlah wirausaha yang terdata. Sementara itu, kebanyakan usaha atau bisnis yang terdata adalah usaha menengah ke atas atau berstatus PT dan CV. Industri UKM ataupun UMKM yang belum terdata masih banyak.

Hal ini dilatarbelakangi oleh minimnya pendidikan, pengetahuan, dan informasi mengenai pendirian usaha. Industri kecil pun banyak yang masih stagnan atau tidak berkembang. Wirausaha perempuan yang bergerak dalam bidang UMKM diperkirakan masih banyak, jauh lebih banyak dibandingkan perempuan pebisnis di level menengah ke atas. Contoh UMKM yang banyak digerakkan perempuan adalah katering atau menjahit.

Untuk mengembangkan UMKM menjadi usaha yang lebih besar dengan cakupan luas, setiap orang perlu memiliki keinginan yang tinggi untuk mengembangkan usahanya. Hal ini juga perlu diikuti dengan kerja keras yang konsisten. [*/MIL]

foto: shutterstock

noted: Jadi Pengusaha Perempuan Perlu Perkuat Karakter