ditulis oleh dr Puska Primi Ardini SpOG(K)
Bagi umat Muslim, hukum berpuasa pada bulan Ramadhan adalah wajib. Namun, Islam juga mengajarkan adanya keringanan bagi ibu hamil untuk tidak menjalankan puasa dan menggantikannya pada kemudian hari. Namun, sebenarnya ada cara saat ibu hamil ingin berpuasa. Jadi, ibu hamil tetap bisa berpuasa.Pada trimester pertama, kondisi ibu hamil akan mengalami penurunan daya tahan tubuh karena pengaruh hormon kehamilan yang meningkat tajam. Pada masa ini, ibu hamil akan mengalami beberapa keluhan seperti mual, muntah, hipersalivasi, pusing, mudah lelah, kurang tidur, hingga bisa terjadi dehidrasi.
Kondisi daya tahan tubuh yang turun ini juga mendorong ibu hamil lebih mudah tertular penyakit yang menyebar melalui droplet. Oleh sebab itu, bila ibu hamil tidak memiliki kegiatan terlalu penting di luar rumah, sebaiknya ibu yang sedang hamil muda tetap tinggal di rumah dan lebih banyak beristirahat.
Hormon kehamilan akan menyebabkan sfingter esofagus bagian bawah (katup otot antara esofagus dan lambung) menjadi lebih relaks. Akibatnya, asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan. Hal ini akan memicu rasa panas di daerah dada serta bisa menimbulkan rasa mual hingga muntah.
Lalu, bagaimana mengurangi kondisi tersebut? Ibu hamil dapat makan sedikit-sedikit tetapi lebih sering (ngemil). Ibu hamil juga perlu mengurangi mengonsumsi makanan pedas, gorengan, dan berlemak. Jangan lupa juga, minumlah air lebih sedikit saat makan.
Nah, kondisi ibu yang masih beradaptasi dengan kehamilannya itulah yang kadang justru menyebabkan beberapa ibu hamil memerlukan perawatan di rumah sakit. Padahal trimester pertama merupakan waktu terjadinya pembentukan organ-organ tubuh yang sangat dipengaruhi kesehatan ibu.
Itulah sebabnya, pada awal-awal kehamilan ini tidak disarankan berpuasa, walaupun sebenarnya ibu hamil ingin berpuasa. Di samping agar kesehatan ibu tetap terjaga, juga supaya embrio dapat tumbuh dengan baik.
Usia kehamilan untuk puasa
Pada saat memasuki trimester kedua, terutama mulai minggu ke-20, ibu hamil sudah beradaptasi dengan kehamilannya. Secara fisik, ibu hamil sudah lebih kuat dan bersahaja, makannya pun sudah mulai banyak dan bervariasi.Yang lebih menyenangkan lagi, pada masa ini ibu hamil sudah dapat merasakan gerakan janin. Sesuatu yang amazing, yang kadang membuat banyak ibu hamil terheran-heran sekaligus terharu karena menyadari ada makhluk lain dalam tubuhnya.
Dengan demikian, mulai usia kehamilan inilah, ibu hamil bisa berpuasa dengan nyaman. Namun, ingat, yang berpuasa itu ibunya, ya, bukan janinnya lho.
Lalu bagaimana cara mengetahui kalau si janin ikut “berpuasa”? Mudah saja. Kalau selama ibu hamil berpuasa tetapi gerakan janin semakin berkurang atau bahkan tidak bergerak sama sekali, itu berarti asupan kalori pada saat sahur tidak terpenuhi dengan baik.
Sahur merupakan waktu makan paling penting karena merupakan sumber energi untuk menjalani ibadah puasa, serta untuk memenuhi nutrisi ibu dan janin. ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan berikut ini saat sahur.
- Nasi merah. Ini merupakan sumber kalori yang membuat ibu hamil kenyang lebih lama sehingga kuat berpuasa seharian penuh.
- Penting sebagai sumber protein yang mengandung kolin dan sangat baik untuk perkembangan otak bayi dan kesehatan ibu.
- Sayuran berwarna hijau, seperti brokoli, selada air, bayam, dan buncis. Sayuran ini mengandung folat dan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan otak dan tulang janin.
- Daging tanpa lemak. Ini akan menjadi sumber zat besi yang menjadikan ibu hamil bertenaga selama berpuasa.
- Vitamin dan energi yang bersumber dari buah perlu dikonsumsi saat sahur. Avokado, pisang, dan jeruk misalnya, selain vitamin juga untuk memenuhi kebutuhan cairan selama berpuasa.
Tips saat ibu hamil ingin berpuasa
Bagi ibu hamil yang ingin berpuasa, berikut beberapa tips yang bisa dipertimbangkan.
- Jangan melewatkan makan sahur, ya.
Ingat, sahur adalah pengganti sarapan dan waktu untuk loading sumber kalori untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin sehari penuh. - Pilih makanan yang tepat untuk berbuka.
Jangan dibiasakan segera menyantap makanan manis untuk membatalkan puasa, seperti kolak atau es campur. Ini akan menyebabkan kadar gula darah ibu hamil cepat naik, tetapi cepat turun juga, sehingga justru menyebabkan menjadi lemas dan membuat cepat lapar. - Buah-buahan dan air putih
Jenis makanan yang dianjurkan untuk berbuka puasa adalah air putih, kurma, dan beberapa potongan buah segar yang banyak mengandung air seperti semangka, melon, dan pir. Adapun untuk makan malam, yakni protein harus tetap “eksis” ya, seperti ayam, ikan, kacang-kacangan, dan susu. - Minum yang cukup
Penuhi kebutuhan cairan untuk mencegah dehidrasi pada ibu hamil. Perubahan pola makan dan kurangnya asupan cairan selama berpuasa juga dapat menyebabkan kulit kering. Kondisi ini dapat menjadi masalah, karena seiring dengan perkembangan janin, kulit dibagian perut akan mengalami peregangan, dan timbulah stretch mark yang dapat meninggalkan bekas di kulit. Kebutuhan cairan saat berpuasa berkisar 2,3 liter atau 10 gelas. Agar dapat terpenuhi saat berpuasa, ibu hamil dapat minum 5 gelas masing-masing saat sahur dan berbuka. - Istirahat yang cukup dan hindari stres.
Untuk menghemat energi dan supaya tidak mudah lelah, ibu hamil disarankan untuk mengurangi aktivitas fisik dan lakukan tidur siang sekitar 2 jam. Buatlah suasana hati selalu happy sehingga terhindar dari pikiran-pikiran negatif yang memicu stres. Kalau stres, produksi asam lambung akan meningkat dan menimbulkan rasa sebah, mual, sampai muntah-muntah. - Konsultasi rutin dengan dokter
Berkonsultasilah dulu dengan dokter kandungan tentang kelayakan kondisi ibu hamil untuk berpuasa. Termasuk tentang kemungkinan keluhan-keluhan yang akan dihadapi selama berpuasa. - Jika ada gangguan, periksa segera
Jika memutuskan berpuasa dan kemudian timbul rasa sangat haus, mual, muntah, pusing, sampai ingin pingsan, atau apa pun keluhannya, segera batalkan puasa untuk mencegah kondisi yang lebih buruk, dan segera periksa diri ke dokter kandungan.
Oke! Jadi, ibu hamil cantik sudah siap berpuasa, nih? Semangat ya, sehat ibu dan janinnya.
*Penulis adalah spesialis kebidanan dan penyakit kandungan RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah