Indonesia berada di ambang pencapaian monumental dalam dunia kesehatan anak. Dengan dedikasi lebih dari dua dekade, sebuah organisasi global yang berfokus pada bibir sumbing kini bersiap mencatatkan lebih dari 125.000 operasi aman dan berkualitas di seluruh Indonesia—angka yang mencerminkan tidak hanya komitmen, tetapi juga jangkauan yang luar biasa di negara kepulauan ini.

Bibir sumbing bukan sekadar kondisi bawaan. Ini adalah tantangan yang kompleks—dari aspek medis, sosial, hingga psikologis. Operasi hanyalah langkah awal; perawatan lanjutan seperti terapi wicara, nutrisi, dan dukungan emosional memiliki peran yang sama penting.

“Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, dan tantangan geografis ini sangat kompleks,” ujar Mayor Jenderal TNI (Purn) dr Budiman, Ketua Dewan Medis Asia Tenggara. “Namun, dengan kerja sama yang solid dan pelatihan berkelanjutan, kami berhasil menjaga standar keselamatan dan kualitas perawatan di berbagai wilayah.”

Organisasi ini tidak bekerja sendiri. Lebih dari 1.000 mitra medis lokal telah dilibatkan, dan lebih dari 40.000 kesempatan pelatihan diberikan kepada tenaga kesehatan di berbagai bidang—dari operasi aman hingga perawatan perioperatif. Pendekatan ini bersifat berkelanjutan, memungkinkan pasien menerima perawatan sepanjang tahun, bukan hanya saat misi medis datang.

“Selain memberikan layanan langsung kepada pasien, kami juga menyediakan pelatihan dan peralatan penting—seperti pulse oximeter, benang jahit, dan instrumen bedah khusus—agar tenaga medis lokal dapat terus memberikan perawatan yang aman dan berkualitas,” jelas Dr Larry Hollier, Ketua Dewan Medis Global Smile Train.

Komitmen ini bukan hanya soal angka. Tahun lalu, organisasi ini mencatat operasi ke-2 juta secara global—diberikan kepada seorang anak dari Sumatera Selatan. Kini, langkah besar berikutnya ada di depan mata: memperluas dampak di Indonesia dengan menyentuh lebih banyak kehidupan.

Organisasi internasional yang telah menjangkau lebih dari 95 negara ini dikenal sebagai Smile Train. Di Indonesia, kiprah mereka bukan sekadar aksi kemanusiaan, tetapi perjalanan panjang menuju masa depan yang lebih inklusif, penuh harapan, dan tentu saja—lebih banyak senyuman.