Bahkan mereka yang tidak terlalu paham mode, besar kemungkinan pernah mendengar Gucci sebagai salah satu jenama global asal Florence, Italia. Begitu tenarnya Gucci sebagai ikon penampilan mewah yang berkelas. Namun, House of Gucci tidak terutama bercerita tentang hal itu. Film ini justru berkisah tentang salah satu episode penuh drama dari perjalanan rumah mode ini.
Semua bermula ketika Patrizia Reggiani (Lady Gaga), perempuan muda anak pengusaha truk, bertemu dengan Maurizio Gucci (Adam Driver), mahasiswa hukum yang juga pewaris separuh dari bisnis Gucci. Pertemuan itu berlanjut hingga kemudian Patrizia dan Maurizio menjalin hubungan asmara.
Rodolfo (Jeremy Irons), ayah Maurizio, tidak menyetujui hubungan tersebut karena menganggap Patrizia hanya mengejar harta. Namun, Maurizio yang sedang dimabuk asmara bersikeras dan menikah dengan Patrizia.
Kisah berlanjut dengan pasang-surut kehidupan pernikahan Maurizio dan Patrizia. Sementara itu, karena berseberangan dengan ayahnya, Maurizio kemudian dekat dengan pamannya, Aldo (Al Pacino), yang juga menguasai separuh andil dalam bisnis Gucci. Hingga akhirnya, seperti dicatat oleh sejarah, tak seorang Gucci pun memiliki lagi andil dalam perusahaan keluarga tersebut.
Dari kejadian sebenarnya
Film ini didasari buku The House of Gucci: A Sensational Story of Murder, Madness, Glamour, and Greed karya Sara Gay Forden yang terbit tahun 2001. Sebagian besar film mengambil inspirasi dari fakta atau kejadian yang sebenarnya.
Maurizio dan Patrizia yang menjadi dua tokoh utama dalam film ini digambarkan memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Meski pewaris dari salah satu rumah mode kenamaan dunia, Maurizio muda justru merupakan sosok yang pendiam dan canggung. Sementara itu, Patrizia sangat agresif, ambisius, dan memiliki kemauan yang keras.
Lady Gaga mendapat banyak pujian karena kemampuannya menampilkan karakter Patrizia yang kompleks. Di film ini, Gaga beradu akting dengan aktor kawakan sekelas Al Pacino dan Jeremy Irons. Kehadiran bintang populer dan nama-nama besar ini cukup manjur untuk memberi warna pada film ini.
Selain Adam Driver yang sukses menggambarkan sosok canggung Maurizio, karakter lain yang mencuri perhatian adalah Paolo yang diperankan Jared Leto. Paolo aslinya memang seorang yang eksentrik, tetapi Leto berhasil membawa sosoknya ke tingkat yang berbeda, menjadi seorang yang penuh kegagalan dan tanpa harapan, bahkan cenderung menderita gangguan mental.
Meski, tentu saja, sebagai film ada bagian-bagian tertentu sengaja didramatisasi, sejumlah kalangan mempertanyakan akurasi dari fakta yang dihadirkan. Pertanyaan ini terutama datang dari pihak keluarga Gucci yang merasa dirugikan melalui film yang mengangkat sisi kelam keluarganya. Ridley Scott tentu punya alasan demi menghadirkan sebuah tontonan yang menarik.
Meski demikian, House of Gucci bukannya tidak memiliki kelemahan. Selain hal-hal yang sudah banyak diketahui publik seputar nasib Maurizio, tentu masih banyak pertanyaan yang mengundang rasa penasaran. Sayangnya, film ini sepertinya tidak hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Film ini hanya menyajikan rentetan kejadian layaknya sebuah dokumenter, tanpa menggali lebih jauh dan memberi penjelasan penyebab kejadian tersebut.
Namun, sebagai tontonan, House of Gucci tetap menyenangkan. Deretan busana dan pernak-pernik mewah hingga lokasi-lokasi eksklusif yang eksotis menjadi sajian yang menarik, terutama bagi penggemar mode. Hanya saja sejumlah pengamat beranggapan film ini secara visual sebenarnya masih bisa diolah lebih baik lagi.
Bagi penggemar mode atau fans film drama kriminal, House of Gucci tidak boleh dilewatkan. Anda dapat menonton film ini di teater terdekat dan pastikan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan demi keamanan bersama.
Baca juga:Â Review Film Last Night in Soho
Review overview
Summary
7Kisah percintaan yang berkembang menjadi pasang-surut pernikahan yang berada di tengah bayang-bayang keluarga besar.