Keberadaan geplak tak lepas dari sejarah panjang Yogyakarta, tepatnya sejak zaman kolonial Belanda. Pada masa itu, wilayah Bantul terkenal sebagai penghasil gula tebu dan kelapa yang melimpah. Kedua bahan ini menjadi komposisi utama pembuatan geplak.
Dulu, geplak sering dijadikan makanan utama pengganti beras di saat musim paceklik. Masyarakat memanfaatkan gula dan kelapa yang berlimpah untuk diolah menjadi makanan yang tahan lama dan mengenyangkan. Seiring waktu, geplak bukan lagi makanan pokok, melainkan camilan khas yang digemari banyak orang.
Bahan-bahan geplak
Membuat geplak terbilang mudah. Bahan-bahannya pun sederhana, yaitu:- Kelapa parut. Biasanya digunakan kelapa parut tua agar tekstur geplak lebih renyah.
- Gula pasir. Bisa menggunakan gula pasir putih atau gula Jawa untuk rasa yang lebih legit.
- Pewarna alami. Daun pandan untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning.
- Garam. Sejumput garam untuk penambah rasa.
Keunikan geplak
Geplak memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari camilan lainnya.- Tekstur: renyah di luar dan lembut di dalam.
- Rasa: manis legit dengan aroma kelapa yang khas.
- Bentuk: beragam, mulai dari bulat pipih, bentuk bunga, hingga karakter.
- Warna: beragam, dari putih, hijau, kuning, hingga coklat.
- Sejarah: warisan budaya Yogyakarta yang telah ada sejak zaman kolonial.
Baca juga:Â Berbagai Manfaat Daun Pandan untuk Kuliner dan Kesehatan
Kepopuleran geplak
Kini, geplak telah menjadi salah satu oleh-oleh wajib bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Beragam varian rasa dan bentuk geplak tersedia di pasaran, mulai dari rasa original, rasa buah, hingga geplak dengan topping kekinian.Geplak Bantul bukan sekadar camilan manis biasa. Di balik kelezatannya, terdapat sejarah panjang dan warisan budaya yang patut dilestarikan. Keunikan rasa dan teksturnya menjadikannya oleh-oleh khas Yogyakarta yang tak boleh dilewatkan.